Minggu, 08 Januari 2017


FAWATIH  AS-SWAR



DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL...............................................................................                    i
DAFTRA ISI...........................................................................................                    ii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN.....................................        iii        
BAB I PENDAHULUAN........................................................................                    1
A.     Latar Belakang                                                                                     1
B.     Rumusan Masalah                                                                                2
BAB II PEMAHASAN............................................................................        3
A.     Definisi Fawatih As-Swar.............................................................                    3
B.     Macam-Macam Fawatih As-swar                                                         5
C.     Perdapat Ulama tentang Fawatih As-swar.....................................                    11
D.     Hikmah Fawatih As-swar .............................................................        19
BAB III PENUTUP.................................................................................        23       
A.     Kesimpulan..................................................................................                    23
B.     Saran   .........................................................................................        23
IPLIKASI MATERI TERHADAP KEHIDUPAN.................................        24
DAFTAR FUSTAKA..............................................................................        25








PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

Penulisan translitrasi arab-latin dalam makalah ini adalah menggunakan pedoman translitrasi dari keputusan Agama Kementrian Agama RI dan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan RI N0.150 Tahun 1987 dan N0. 05436/U/1987 secara garis besaar uraiannya adalah:
1.      Huruf Hijaiyyah
Huruf
Arab


Nama
Huruf
Arab


Nama
Huruf Arab


Nama
Huruf Arab


Nama
ا
= a
د
= d
ض
= dl
ك
= k
ب
= b
ذ
= dz
ط
= th
ل
= l
ت
= t
ر
= r
ظ
= zh
م
= m
ث
= ts
ز
= z
ع
= ‘
ن
= n
ج
= j
س
= s
غ
= gh
و
= w
ح
= h
ش
= sy
ف
= f
ه
= h
خ
= kh
ص
= sh
ق
=  q
ء
= ‘






ي
= y

2.      Untuk Mad dan Diftong
Huruf Arab
Latin
Huruf Arab
Latin
ىا
= â ( a panjang)
او
= Uw
ىي
= î (I panjang)
ا
= Iy
ىو
= û (u panjang)
أي
= Ay
أو
= au







BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Belajar Al-Quran telah banyak dilakukan oleh para ulama dan sarjana tempo dulu, termasuk para sahabat pada zaman Rasulullah SAW. Hal itu tidak lepas dari disiplin dan keahlian yang dimiliki oleh mereka masing-masing. Ada yang mencoba mengelaborasi dan melakukan eksplorasi lewat perspektif keimanan historis, bahasa dan sastra, pengkodifikasian, kemu’jizatan penafsiran serta telaah kepada huruf-hurufnya.
Kondisi semacam itu bukan hanya merupakan  tanggung jawab seorang Muslim untuk memahami bahasa-bahasa agamanya. Tetapi sudah berkembang kepada nuansa lain yang menitikberatkan kepada studi yang bersifat ilmiah yang memberikan kontribusi dalam perkembangan pemikiran dalam dunia Islam. Kalangan sarjana Barat banyak yang melibatkan diri dalam pengkajian Al-Quran, dengan motivasi dan latar belakang kultural maupun intelektual yang berbeda-beda.
Al-Quran sebagaimana diketahui terdiri dari 114 surat, yang di awali dengan beberapa macam pembukaan (Fawatih Al-Suwar), di antara macam pembuka surat yang tetap aktual pembahasannya hingga sekarang ini huruf muqatha’ah. Menurut Watt, huruf-huruf yang terdiri dari huruf-huruf alphabet (hijaiyah) ini, selain mandiri juga mengadung banyak misterius, karena sampai saat ini belum ada pendapat yang dapat menjelaskan masalah itu secara memuaskan.
B.     Rumusan Masalah.
1.      Bagaimanakah pengertian Fawatih As – Swar?
2.      Bagaimana macam-macam Fawatih As- Swar?
3.      Bagaimana pendapat Ulama tentang Fawatih As-swar?
4.      Apa hikmah keberadaan Fawatih As-swar  dalam Al-quran?












BAB II
PEMBAHASAN
A.    Definisi Fawatih As-Swar
Istilah ‘’fawatih’’ jamak dari kata ‘’fatih’’ yang secara lughawi berarti pembuka. Sedangkan ‘’suwar’’ adalah jamak dari kata ‘’surah’’ sebagai sebutan dari sekumpulan dari ayat-ayat Al-qur’an yang diberi nama tertentu. Jadi ‘’fawatih Al-Suwar’’ berarti pembukaan-pembukaan surah, karna posisi berada diawal surah-surah dalam Al-qur’an, diantara pembuka itu ada yang berbentuk kata terpisah (Al-muqatha’at),  maupun kalimat.[1]
Fawatih As-swar adalah kalimat-kalimat yang dipakai untuk pembukaan surah, ia merupakan bagian dari ayat Mutasyabihat.[2] Karena bersifat mujmal, mu’awwal, dan musykil. Didalam Al-quran terdapat huruf-huruf awalan dalam pembukaan surah dalam bentuk yang berbeda-beda. Hal ini salah satu kebesaran Allah dan kemahatahuannya, sehingga kita terpanggil untuk menggali ayat-ayat tersebut. Dengan adanya suatu keyakinan bahwa semakin dikaji ayat Al-qur’an itu, maka semakin luas pengetahuan kita.[3]
Menurut Ibn Abi al-Isba’  dalam kitab Al-Khawathir al-Shawanih fi Asrar al-Fawatih yang ditulisnya, dia menggunakan istilah ‘al-Fawatih’ dengan arti jenis-jenis perkataan yang membuka surat-surat dalam Al-Qur’an. Jenis-jenis perkataan itu dibagi menjadi sepuluh kelompok; salah satunya adalah huruf-huruf tahajji (dibaca dengan cara dieja), atau yang biasa kita sebut dengan al-fawatih. Sementara Sembilan jenis lainnya adalah pujian: pujian kepada Allah, baik tahmid maupun tasbih; nida’  (seruan); jumlahkhabariyah (kalimat berita); qasam (sumpah); syarat, perintah, doa, dan ta’lil (alasan). Begitu pula dengan Ibn Akhdhar yang berpendapat bahwa fawatih al-suwar berarti pembukaan surat karena posisinya yang mengawali perjalanan teks-teks pada suatu surat. Apabila dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah dinamakan dengan al-ahruf al-muqaththa’ah (huruf-huruf terpisah), karena posisi huruf tersebut menyendiri dan tidak bergabung membentuk suatu kalimat secara kebahasaan.
Mengenai hal ini Al-Zarkasyi berpendapat :“aspek tersebut merupakan bagian dari sesuatu yang ghaib, seperti ayat-ayat yang membicarakan tentang terjadinya hari kiamat, turunnya hujan, apa yang ada dalam rahim, interpretasi tentang roh, dan huruf-huruf penggalan (al-huruf al-muqaththa’ah). Semua ayat-ayat mutasyabih yang terdapat dalam Al-Qur’an menurut ahlu al-haq tidak ada tempat bagi ijtihad untuk menafsirkannya dan memang tidak ada jalan untuk menuju kesana kecuali dengan cara mengikuti salah satu dari ketiga hal berikut, yaitu berdasarkan dari nash Al-Qur’an, penjelasan dari Nabi Saw., atau berdasarkan kesepakatan (ijma’) ummat atas ta’wilnya. Jika tidak terdapat penjelasan secara tauqifi dari ketiganya, maka dapat kita ketahui bahwa yang mengetahui ta’wilnya hanyalah Allah Swt. semata”.[4]
Banyak ulama telah melakukan kajian mendalam tentang pembukuan surah-surah Al-qur’an, seperti Ibnu Abi Al-Asba’ yang menulis sebuah kitab tentang bab ini, yaitu Al-Khawathir Al-Sawanih fi Asrar Al-Fawatih. Ia mencoba untuk menggambarkan beberapa katagori dari pembukaan-pembukaan surah yang ada didalam Al-qur’an. Pembagian karakter sebagai berikut:  Pertama kesempurnaan Tuhan. Kedua dengan menggunakan huruf-huruf hijaiyah, yang terdapat dalam 29 surah. Ketiga, dengan menggunakan kata seru (ahrun nida) yang terdapat dalam sepuluh surah. Keempat, kalimat berita (jumlah khabariyah) yang terdapat dalam 23 surah. Kelima, dalam bentuk sumpah (Al-qasam) yang terdapat dalam 15 surah.[5]
B.     Bentuk-Bentuk Fawatih Al-Suwar
Menurut Badaruddin Muhammad Al-Zarkasyi yang didalam bukunya Al-Burhan Fi ‘Ulumul Al-Qur’an, memberikan pembukaan terhadap kitabnya dengan membagi sepuluh macam macam bentuk pembukaan surah dan tidak ada satupun surah yang keluar dari sepuluh macem pembagian tersebut. Adapun pembagian tersebut adalah sebagai berikut:



1. الاستفتاح بالثناء
الاول:استفتاحه بالثناء عليه عز وجل:والثناء قسمان. إثبات لصفات المدح,ونفى وتنزيه من صفات النقص.نحو:
ا  -( ßôJysø9$#¬! ):فى خمس سور [ الفاتحة, الآنعام, الكهف, سبأ, فاطر].
ب- (8t»t6s?):في سورتين [ الفرقان,و الملك]
ج- (x¬7y): فى سبع سور [الإسراء, الأ على, الحديد, الحشر, الصف, الجمعة,والتغابن]

2 . الاستفتاح بحرف التهجى[6]
Kelompok dengan huruf-huruf  ini terdapat dalam 29 surah dengan pembukaan memakai 14 huruf tanpa diulangi, yaitu:
ي ه ن  م ل ك ص ق ع  ط س رح ا
Penggunaan huruf-huruf tersebut dalam pembukaan surah-surahAl-Qur’an disusun dalam 14 rangkaian, yang terdiri dari kelompok berikut ini diataranya sbb:
a.       kelompok sederhana, yaitu pembuka surah yang hanya dibuka dengan satu huruf, terdapat pada tiga surah, yaitu ص(surah shad), ق (surah Qaf) dan ن (surah Al-Qalam).
b.      Kelompok yang terdiri dari dau huruf yaitu terdapat pada sembilan surah adalah sbb:حم (surah AL-Mu’min, Al-Sajadah, Al-Zukhruf, Al-Dukhan, Al-Jatsyiah, dan Al-Ahqaf), طه  (surah Thaha), طس (surah AL-Naml) dan يس (surah Yasin).
c.       Kelompok yang terdiri dari tiga huruf yaitu terdapat pada tiga belas surah adalah sbb:الم  (surah Al-Baqarah, Ali-Imran, Al-Rum, Luqman, dan Sajadah), الر  (surah Yunus, Hud, Ibrahim, Yusuf, dan Al-Hijir) dan طسم  (surah Al-Qashash dan Al-syu’ara)
d.      Kelompok yang terdiri dari empat huruf yaitu terdapat pada dua surah adalah sbb:المر  (surah Al-Ra’d) dan  المص (surah Al-A’raf).
e.       Kelompok yang etrdiri dari lima huruf yaitu yang terdapat pada dua surah adalah sbb:  كهيعص(surah Mariyam) dan حم عسق  (surah Al-Syura).
3 . الاستفتاح 3 . الاستفتاح بالنداء 
 النوع الثالث من أنواع استفتاح السور: النداء,نحو:
   أ – ($ygƒr'¯»tƒ š úïÏ%©!$# ): [سور المائدة:1؛ سور الحخرات:1 ؛ سور   المتحنة:1]
ب- ($pkšr'¯»tƒ â¨$¨Z9$#): [سور النساء:1 , سور الحج:1]
$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Z9$#  (#qà)®?$# ãNä3­/u Ï%©!$# /ä3s)n=s{ `ÏiB <§øÿ¯R ;oyÏnºur t,n=yzur $pk÷]ÏB $ygy_÷ry £]t/ur $uKåk÷]ÏB Zw%y`Í #ZŽÏWx. [ä!$|¡ÎSur 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# Ï%©!$# tbqä9uä!$|¡s? ¾ÏmÎ/ tP%tnöF{$#ur 4 ¨bÎ) ©!$# tb%x. öNä3øn=tæ $Y6ŠÏ%u ÇÊÈ  [7]
ج- ($pkšr'¯»tƒ ÓÉ<¨Z9$#): [التحريم:1, الطلاق:1] ,( $pkšr'¯»tƒ ã@ÏiB¨ßJø9$#):[ المزمل:1], ($pkšr'¯»tƒ ãÏoO£ßJø9$# ) :[ المدشر:1].
4. الاستفتاح بالجمل الخبرية
الرابع: الاستفتاح بالجمل الخبرية ,نحو:
ا -  الجمل العسميه[8], فى احد عشر سور [ التوبه, النور, الزمر, محمد, الفتح, الرحمن, الحاقة, نوح, القدر, القارعة, و الكوثر ].مثال في سور الرحمن (ß`»oH÷q§9$# ÇÊÈ   zN¯=tæ tb#uäöà)ø9$# ÇËÈ   šYn=y{ z`»|¡SM}$# ÇÌÈ ) 
ب- الجمل الفعلية, فى اثن عشر سور  [الأنفال, النحل, القمر, المؤمنون, الأ نبياء, المجادلة, المعارج, القياقة, البلد, عبس, البينه, و التكاثر]. مثال في سور عبس (}§t6tã #¯<uqs?ur ÇÊÈ   br& çnuä!%y` 4yJôãF{$# ÇËÈ   $tBur y7ƒÍôム¼ã&©#yès9 #ª1¨tƒ ÇÌÈ  )
 5. الاستفتاح بالقسم
الجامس: القسم فى خمس عشرة سورة [الصافات, الذاريات, الطو ر, الجم, المرسلات , النازعات, البروج, الطارق, الفجر, الشمس, الليل, الضحى, التين, العاديات, العصر].
6. الاستفتاح بالشرظ
السادس: بالشرظ فى سبع سور نحو [ التكوير:1.( #sŒÎ) ߧ÷K¤±9$# ôNuÈhqä. ÇÊÈ ), الانفطار: 1.( #sŒÎ) âä!$yJ¡¡9$# ôNtsÜxÿR$# ÇÊÈ ), الانشقاق:1 .( #sŒÎ) âä!$uK¡¡9$# ôM¤)t±S$# ÇÊÈ), الواقعة:1. ( #sŒÎ) ÏMyès%ur èpyèÏ%#uqø9$# ÇÊÈ ), المطففين: 1 .( ×@÷ƒur tûüÏÿÏeÿsÜßJù=Ïj9 ÇÊÈ  ), الزلزلة:1 .( #sŒÎ) ÏMs9Ìø9ã ÞÚöF{$# $olm;#tø9Î ÇÊÈ ). النصر: 1 .( #sŒÎ) uä!$y_ ãóÁtR «!$# ßx÷Gxÿø9$#ur ÇÊÈ  )].

7 .الاستفتاح بالأمر
السابع: الاستفتاح بالأمر فى ست سور :
- العلق     :1.( ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{  ÇÊÈ ),
- الجن      :1.(ö@è% zÓÇrré& ¥n<Î) çm¯Rr& yìyJtGó$# ֍xÿtR z`ÏiB .......... ÇÊÈ ),
- الا خلاص:1.(ö@è% uqèd ª!$# îymr& ÇÊÈ ). 
- الكفرون   :1.(ö@è% $pkšr'¯»tƒ šcrãÏÿ»x6ø9$# ÇÊÈ ),
-  الفلق     :1.(ö@è% èŒqããr& Éb>tÎ/ È,n=xÿø9$# ÇÊÈ ),
-  الناس     :1.(ö@è% èŒqããr& Éb>tÎ/ Ĩ$¨Y9$# ÇÊÈ )
8 .الاستفتاح بالاستفهام
الثامن:الفظ الاستفهام فى ست سور نحو.[النبإ:.1( §Ntã tbqä9uä!$|¡tFtƒ ÇÊÈ  ), الغاشيتى:1 (ö@yd y79s?r& ß]ƒÏym Ïpuϱ»tóø9$# ÇÊÈ ), الماعون:1 (|M÷ƒuäur& Ï%©!$# Ü>Éjs3ムÉúïÏe$!$$Î/ ÇÊÈ ), العنشرح: 1 (. óOs9r& ÷yuŽô³nS y7s9 x8uô|¹ ÇÊÈ ), الفيل:1 (óOs9r& ts? y#øx. Ÿ@yèsù y7/u É=»ptõ¾r'Î/ È@Ïÿø9$# ÇÊÈ),      
 9 .الاستفتاح بالدعاء
التاسع: الدعاء فى ثلاث سور نحم :
ا- المطففين : (×@÷ƒur tûüÏÿÏeÿsÜßJù=Ïj9 ÇÊÈ   tûïÏ%©!$# #sŒÎ) (#qä9$tGø.$# n?tã Ĩ$¨Z9$# tbqèùöqtGó¡o ÇËÈ
ب- ÇÊÈ   Ï%©!$# yìuHsd Zw$tB ¼çnyŠ£tãur ÇËÈ  )
ج- الحب  : (ôM¬7s? !#ytƒ Î1r& 5=ygs9 ¡=s?ur ÇÊÈ   !$tB 4Óo_øîr& çm÷Ytã ¼ã&è!$tB $tBur |=|¡Ÿ2 ÇËÈ)
10.الاستفتاح بالتعليل
العاشر: التعليل, فى موضع واحد, نحو : [ قريش:  1. (É#»n=ƒ\}
C·÷ƒtè% ÇÊÈ  ]

           Dilain sisi jika merujuk kepada buku-buku refrensi yang berbahasa indonesia,  terkait pembagian atau pengelompokan Fawatih as-suwar maka pengelompokan pembuka-pembuka surah dibagai menjadi lima macam bentuk, pembagian ini biasa ditemukan dalam berbagai refrensi khususnya yang berbicara tetang fawatih as-suwar.[9] Diantara pembukaan-pembukaan surah yang terdiri dari lima macam tersebut tearletak dari jumlah huruf yang mengawali pembukaan surah, lima macam pembuka surah tersebut adalah:[10]
1.      Ada yang hanya terdiri dari satu huruf. Terdapat pada tiga surah yaitu surah Shad, Qaf dan Al-Qalam (surah 38,50,68). Pertama dimulai dengan Shad, kedua dimulai dengan qaf dan ketiga dimuali dengan nun.[11]
2.      Ada yang terdiri dari dua huruf. Ini terdapat pada sepuluh surah, tujuh dintaranya disebut hawami (surah-surah hamim), karna surah-surah tersebut dimulai dengan huruf ha dan mim, yaitu surah 40 hingga surah 46 yaitu pada surah Ghafir, Fushsilat, Asy-Syura, Az-Zukruf, Ad-Dukhan,Al-Jatsyah dan Al-Ahqaf. Sedangkan surah yang ke 42 di gabung dengan ha mim, yaitu yang pada terdapat  ‘ain sin qaf. Surah yang kedelapan dan yang kesepuluh ini adalah tha ha (surah yang ke 20).[12]
3.      Ada yang terdiri dari tiga huruf yang terdapat pada tiga belas surah. Enam surah dimuali dengan alif lam mim: yaitu surah Al-Baqarah, Ali-Imran, Al-ankabut, Ar-rum Luqman dan As-sajadah. Lima surah dimulai dengan Alif lam ra yaitu di surah, Yunus, Hud, Yusuf, Ibrahim, adan Al-Hijir. Dua surah dimulai dengan tha sin mim yaitu di surah Asy-Syu’ara dan Al-Qashash.
4.      Ada yang dimulai dengan empat huruf yaitu di surah Al-A’raf dan Ar’ad. Surah Al-A’raf dimulai dengan alif lam mim shad, sedangkan surah Ar-Ra’ad dimuali dengan alif lam min ra.
5.      Ada yang terdiri dari lima huruf. Yaitu terdapat dalam satu surah di surah Maryam. Surah ini dimulai dengan kaf ha ya ain shad.
Didalam bukunya Badarudin Muhammad bin Abdullah AL-zarkasy dan Asep Hermawan.[13] Menuliskan bahwa surah yang diawali dengan lima huruf terdapat di dua surah  yaitu surah Mariyam yang dimulai dengan  kaf ha ya ain shad Dan surah Al-Syuura yang dimulai dengan ha mim ain sin khaf.[14] Menurut kedua penulis diatas surah Al-Syuura yang diawali dengan lima huruf yaitu ha mim ain sin khaf merupakan awal pembuka surah meski diayat pertama terdapat pembuka surah dengan huruf ha mim dan ayat kedua terdapat huruf ain sin khaf  kedua tersebut merupakan awal dari pembuka surah.
C.    Pendapat Ulama Tentang Makna Fawatih As-Suwar.
Dengan penjelasan diatas menunjukkan bahwa fawatih as-suwar (pembuka-pembuka surah) ada 29 macam yang terdiri dari tiga belas huruf. Huruf yang paling banyak dalam pembuka surah ialah, alif, dan lam, kemudian mim, kemudian ha, kemudian ya, sin, tha, shad, kemudian ha, ya dan ‘ain, qaf dan akhirnya kaf dan nun.[15]
Huruf yang digunakan dalam pembukaan surah dengan tidak berulang-ulang ada 14 atau separuh huruf hijaiyah. Karenanya para mufassir berkata:’’disebut fatihah-fatihah surah dalam Al-Qur’an adalah untuk menunjukkan bahwa Al-Qur’an tersusun dari huruf-huruf hijaiyah yang terkenal yang sebaginya terdiri dari satu-satu huruf.
Para ulama salaf dalam menyikapi ayat-ayat yang dimulai dengan huruf mutasabihatyang terletak diawal surah berpendapat bahwa ayat-ayat tersebut telah tersusun sejak azali sedemikian rupa, melengkapi segala yang melemahkan manusia dalam mendatangkan Al-Qur’an. Karena kehati-hatianya mereka tidak berani memberikan penafsiran dan tidak berani mengeluarkan pendapat yeng tegas terhadap huruf-huruf itu, dan mereka meyakini bahwa Allah sendiri mengetahui tafsirnya.[16] Sebagimana yang dikatakan oleh Asy-Sya’bi oleh Subhi Soleh menyatakan :’’huruf awal itu adalah rahasia Al-Qur’an hal ini diperjelas dengan Ali bin Abi Thalib:
ان لكل كتاب صفوة وصفوة هذاالكتاب حروف التهجي
Artinya:‘’Sesungguhnya bagi tiap-tiap kitab ada saripatinya.Saripati Al-Qur’an ini adalah huruf-huruf hijaiyah.’’                                                             
Untuk lebih jelasnya dari apa yang dikemukakan diatas, berikut pendapat yang lebih lengkap terkait penafsiran-penafsiran para mufassir terkait dengan fawatih as-suwar.
1.      Mufassir dari Kalangan Tafsir.
          Dari kalangan ahli tafsir yang dengan panjang lebar menjelaskan tentang makna fawatih as-suwar adalah Zamaksyari, Baidhwai, Ibnu Taimiyyah (Wafat tahun 728 H) dan muridnya bernama Al-Hafidz al-Mizzi (Wafat tahun 742 H). Kalangan ini menafsirka bahwa.
            Huruf-huruf yang mengawali surah-surah itu disebut dalam Al-Qur’an menunjukkan bahwa kitab suci tersebut tersusun dalam huruf tahajji yang diketahui secara umun. Diantara huruf-huruf awal tersebut ada yang terdiri satu huruf dan ada pula yang tergabung dari beberapa huruf. Hal ini dimaksudkan agar orang-orang Arab mengerti dan jelas bahwa Al-Qur’an diturunkan dengan huruf-huruf yang mereka kenal. Ini merupakan teguran keras sekaligus pembukti ketidak mampuan mereka membuat Al-Qur’an,  dan juga menjadi tantangan bagi orang-orang Arab untuk mencoba membuat semisal Al-Qur’an. 
Al-Qur’an tidak hanya mengandung berbagai huruf awal yang jumlahnya mencapai jumlah huruf hijaiyahdan tidak juga jenis-jenis huruf jumlah separuh huruf hijaiyah, bahkan lebih aneh lagi karena huruf-huruf mengawali surah itu mencakup separuh dari semua golongan huruf. Golongan-golongan huruf tersebut adalah: golongan huruf balq (yang suaranya keluar dari kerongkongan) yaitu, ba (ringan), ‘ain dan haa (berat). Dan golongan huruf jenis mahmusah (yang suara seperti bisikan), yaitu siin, kaaf, haa (ringan), shaad dan haa (berat). Dari golongan huruf-huruf majhutuh (yang suara dikeraskan) yaitu, hamzah, miim, laam, ‘ain, thaa, qaaf, yaa dan nuun. Dari golongan yang suara keluar dari bibir (syafahiy) yaitu miim. Dari golongan huruf qalqalah (suara bergerak bila dimatikan)ialah, qaff dan thaa dan seterusnya. Demikanlah uraian mereka dalam mempertahakan pendapatnya.[17]
2.      Mufassir dari Kalangan Tasawuf.
           Ulama tasawuf berpendapat bahwa fawatih as-suwar, adalah huruf-huruf yang terfotong-potong yang masing-masing diambil dari nama Allah, atau setiap hurufnya merupakan pengganti dari suatu kalimat itu menunjukkan kepada maksud yang dikandung dalam surah yang terdapat pada huruf yang terpotong-potong.[18]
          Misalkan apa yang dikemukakan oleh Ibnu Abbas (w.65 H) mengenai makna kaaf, haa, ya, ain, shaad. Huruf kaaf  berasal dari karim (maha penyantun), haa berasal dari katahadin (maha penuntun), yaa berasal dari kata hakim, ain  berasal dari kata aliim,shaad berasal dari kata shaadik . Ibnu Abbas mentakwilkannya dengan anallahu’araa (aku Allah mengetahui). Empat huruf awal alif lam mim shaad ditakwilkan (aku adalah Allah yang memutuskan). Selain itu ada juga orang yang mentakwilkan tiga huruf awal thaa sin miin dengan (bukit Thursina dan Musa), karna dua buah surah yang masing-masing yang diawali dengan tiga huruf tersebut mengetengahkan kiasah Nabi yang menerima taurat (Musa) di Bukit Thursina.[19]
      Ibnu Farij meriwayatkan pendapat dari Ibnu Abbas, bahwa tiap-tiap huruf dari huruf-huruf yang terpotong-potong itu diambil dari nama/ sifat-sifat Allah SWT.
      Didalam bukunya Subhi As-Shalih menyatakan bahwa, tidak diragukan lagi penafsiran secara kebatinan mempunyai amat jauh jangkauannya, amat aneh pengaturnya dan sangat misterius maknanya. Hal senada juga diungkapkan oleh Syeikah Muhyiddin bin Arabi di dalam bukunya al-Futuhatul Makkiyah ‘’ketauhilah awalan-awalan yang tidak jelas artinya tidak dapat diketahui  kecuali para ahli gambaran yang masuk akal.[20]

3.      Mufassir dari Kalangan Syi’ah
            Kelompok Syi’ah berpendapat bahwa jika huruf-huruf awalan itu dikumpulkan setelah dihapus ulang-ulangnya maka akan berarti صراط عليي على حق  ‘’jalan Ali adalah kebenaran yang kita pegang teguh’’. Pen takwilan itu kemudian dijawab oleh Ahlus Sunnah berdasarkan pengertian mereka yang diperoleh dari huruf-huruf itu yang juga setelah dihapus berulang-ulang, dengan mengatakan:’’benarlah jalanmu bersama kaum Ahlus Sunnah’’.
4.      Mufassir dari Kalangan Orientalis.
            Dari kalangan orientalis seperti Sprenger yaitu, yang tidak puas dengan pen takwilan tiga huruf awalan, thaa, siin, miin, lalu ia berpendapat huruf-huruf yang paling menonjol dalam firman Allah, Laa yamassuhu illal-muthahharun (tidak menyentuhnya selain orang-orang yang telah bersuci) ialah, thaa, sinn  dan mim. Dengan demikian pemikiran Sprenger membalik kalimat firman Allah tersebut dengan mendahulukan lafaz muthahharun dan membelakangkan lafaz yamassuhu.
            Pendapat yang paling jauh menyimpang dari kebenaran adalah, dari seorang orientalis yang bernama Noldeke didalam buku pertamanya yang terkait tentang sejarah studi Al-Qur’an yang ditulis olehnya bersama Schwally muncul pemikiran teori yang memandang huruf-huruf awal surah tidak lain hanyalah nama-nama depan dan belakang Nabi atau huruf belakang dari nama-nama sahaba. Misalnya huruf siin adalah huruf depan nama Sa’ad Abi Waqqash, huruf miim adalah huruf depan dari nama Al-Muqirah. Pendapat ini dibenarkan oleh Buhl dan Hirscfeld, namun dibantah oleh Blachere dan Loth serta Buaer mengangap sangat mustahil orang-orang yang beriman yang terkenal zuhud dan ketakwaannya memasukkan unsur-unsur yang bukan Al-Quran kedalam Kitab suci, serta bagaimana pun juga tidak masuk akal sama sekali kalo orang-orang memiliki mushaf sendiri-sendiri itu mengabadikan nama-nama mereka dengan huruf-huruf depan namanya masing-masing. Pendapat ini kemudian telah ditinggalakn oleh Noldeke.[21]
Tidak hanya dari kalangan Islam, orang-orang Yahudi juga tertarik mencoba menta’wilkan makna huruf-huruf tersebut. Bagi mereka bahwa huruf-huruf penggalan (huruf al-muqatha’ah) tersebut penafsirannya berhubungan dengan angka-angka, sehingga dapat diketahui berapa lama dominasi Islam secara politis. Hal ini bisa ditunjukkan oleh riwayat Ibn Ishaq dari Ibn Abbas tentang seorang Yahudi Abu Yasar bin Akhthab dan saudaranya Hayy bin Akhthab serta beberapa orang lainnya pernah menjumpai Rasulullah Saw. kemudian berdialog tentang ramalan keberlangsungan agama yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya mengacu pada isi kitabnya masing-masing. Mereka meramalkan lama waktu atau masa keberlangsungan agama Islam dengan berpedoman kepada jumlah huruf-huruf muqaththa’ah, namun pada akhirnya mereka menemui kesulitan.
Model penta’wilan seperti di atas, dijadikan landasan bagi kebanyakan orang-orang salaf untuk menyingkap masa dan keberlangsungan dunia dan alam semesta. Al-Suhailiy merupakan salah seorang yang berpendapat demikian. Mengenai hal ini Ibn Khaldun mengatakan, bahwa Al-Suhailiy mengumpulkan huruf-huruf penggalan (al-huruf al-muqatha’ah) pada awal surat setelah membuang huruf-huruf yang diulang-ulang. Ia mengatakan jumlahnya ada 14 huruf yang dikumpulkan dalam suatu perkataan Alam Yasti’ Nashshu Haqqi Karihin. Kemudian ia menghitungnya dengan perhitungan jumal (bi hisab al-jumali), sehingga jumlahnya ada 703 yang dihubungkan dengan jumlah tahun sebelum diutusnya Nabi. Ini merupakan masa kelangsungan agama Islam. Lebih lanjut ia mengatakan. Hal itu tidak menutup kemungkinan bahwa yang demikian itulah yang dimaksudkan oleh huruf-huruf tersebut.
Menurut Ibn Khaldun bahwa penta’wilan sebagaimana dilakukan oleh orang-orang Yahudi terhadap huruf-huruf yang demikian tidak dapat dijadikan sebagai dalil untuk memperkirakan usia suatu agama. Menurutnya, ada dua alasan kenapa penta’wilan yang demikian harus ditolak, yaitu pertama, bahwa dalalah (petunjuk) huruf-huruf tersebut pada angka (al-arqam) bukanlah makna yang bersifat alamiyah (thabi’iyah) atau rasional (‘aqliyah), tetapi merupakan dalalah urfiyah (makna konvensional); kedua, bahwa orang-orang Yahudi menjadikan makna yang demikian lebih dekat kepada ke-baduwi-annya dan ke-ummy-annya dalam pengertian kultural (al-tsaqafiy wa al-hadhariy). Oleh karenanya pendapat dan ijtihad mereka tidak dapat dijadikan kesimpulan dalam persoalan seperti ini.
5.      Pendapat dari Para Ahli Hadis.
            Para ahli hadis mengetengahkan sebuah riwayat yang berasal dari Ibnu Mas’ud dan empat orang Khalifah Rasyidin(Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali) bahwa mereka itu berpendapat :’’Huruf-huruf yang sesungguhnya adalah ilmu yang tertutup dan mengandung rahasia terselubung yang dikhususkan Allah. Karenanyaulama-ulama yang memaknakan pembuka-pembuka surah ini,  tidak berani memberikan pendapat secara pasti mereka hanya memberikan pendapat mereka mengenai Fatihah-fatihah surat ini, sambil mnyerahkan penafsiranya yang hakiki kepada Allah.[22]
       Dari pendapat para ahli tentang fawatih as-suwar, dapat dilihat  bahwa pentakwilan sebuah ayat sangat banyak macamnya. Hal ini boleh jadi didasari oleh pendidikan dan ilmu-ilmu yang dimiliki oleh penakwilnya serta kecendrungan mereka mengkaji Al-Qur’an secara luas. Pada perinsipnya tidak menutup kemungkinan bagi mereka, mufassir, untuk melahirkan sebuah tafsir yang dilandasi dengan ilmu yang dimiliki oleh seorang mufassir.


6.      Imam Syibawaihi.
Mereka nerpendapat bahwa bahwa huruf-huruf itu adalah merupakan nama-nama dari surah-surah yang dibuka dengan huruf-huruf tersebut.Selain dari pendapat-pendapat di atas, masih terdapat banyak lagi ulama-ulama lain seperti dari Al-Izzu Ibnu Abdis Salam, Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani, Syekh Muhyiddin Ibnu Arabi dan lainnya yang berpendapat mengenai huruful muqatho’ah sebagai salah satu jenis pembuka surat.[23]
Salah satu pendapat terbaru adalah yang dikemukakan oleh Rasyad Khalifah, huruf-huruf itu merupakan isyarat tentang huruf-huruf yang banyak dalam surah-surahnya dalam surat Al-Baqarah huruf yang paling banyak adalah huruf alim, lam  dan mim, demikian juga pada surah-surah yang lain yang diawali dengan huruf-huruf yang terpotong-potong, kecuali pada surah yasin.[24]
D.    Hikmah Fawatih al-Suwar
Al-Qur’an yang diturunkan di tengah masyarakat Qurais notabene ahli  dalam kebahasaan, tentunya mempunyai keistimewaan dalam aspek kebahasaan mengingat eksistensinya sebagai mukjizat. Dengan pembahasan fawatih al-suwar ini akan terungkaplah mukjizat yang terkandung di dalamnya serta menyadari keterbatasan akal manusia dalam memahami sesuatu yang sifatnya ghaib. Selanjutnya niscaya akan memberikan pemahaman ilahiah kepada manusia melalui pengalaman inderawi yang biasa digunakan.
Berkaitan dengan hal di atas, Al-Sya’by pernah berkata:
إن لكل كتاب سر او سر هذا القرأن فواتح السور
Artinya: Sesungguhnya bagi tiap-tiap kitab memilki rahasia, dan sesungguhnya rahasia Al-Qur’an ini adalah pembukaan-pembukaan surat.
Menurut sebagian mufassir, bentuk fawatih al-suwar ini berfungsi untuk menunjukkan kepada bangsa Arab akan kelemahan akal mereka. Meskipun Al-Qur’an tersusun dari huruf-huruf ejaan yang mereka kenal, datang dalam bentuk tersusun dari beberapa huruf, bahkan ada yang hanya satu huruf tunggal, namun mereka tidak mampu membuat kitab yang setanding dengan Al-Qur’an. Pendapat lain, mengenai fawatih al-suwar dapat digunakan sebagai tanbih (peringatan) sebelum melontarkan uraian Al-Qur’an, dalam arti menyadarkan perhatian pendengar, dikarenakan setelah adanya huruf-huruf tersebut pada umumnya Allah Swt, menerangkan perihal al-Kitab dan kenabian. Ini berbanding terbalik dengan kata-kata peringatan yang biasa digunakan dalam bahasa Arab.
Tentang siapa yang diperingatkan oleh Allah Swt. sebagian ulama sepert Al-Khuwaibi, berpendapat bahwa Nabi Muhammad-lah yang diperingatkan agar di tengah-tengah kesibukan dunianya, beliau berpaling kepada Jibril untuk mendengarkan ayat-ayat yang disampaikan kepadanya. Klarifikasi dilakukan oleh Rasyid Ridha, menurutnya tanbih tersebut ditujukan kepada orang-orang musyrik Mekah, di saat mereka mengajurkan untuk tidak mendengarkan Al-Qur’an di waktu Nabi membacanya, ketika mendengar huruf-huruf muqaththa’ah ini mereka heran dan merasa penasaran untuk mendengarkan bacaan Nabi, hal ini juga dapat ditujukan pada Ahli Kitab Madinah.
Fungsi lain fawatih al-suwar adalah untuk menyempurnakan dan memperindah bentuk-bentuk penyampaiannya, dengan sarana pujian melalui huruf-huruf. Selain itu, ia dipandang merangkum segala materi yang akan disampaikan lewat kata-kata awal. Dalam hal ini, surat al-Fatihah dapat digunakan sebagai ilustrasi dari suatu pembuka yang merangkum keseluruhan pesan ayat dan surat yang terdapat di dalam Al-Qur’an.
Pernyataan bahwa Al-Qur’an yang menjadi sumber hukum bagi umat Islam memiliki keistimewaan baik dari segi makna maupun dari bahasa tidaklah merupakan sebuah pernyataan yang tidak berdalil. Allah Swt. telah beberapa kali menyampaikan perihal keistimewaan Al-Qur’an. Satu lagi keistimewaan Al-Qur’an yang terungkap dengan adanya pembahasan fawatih al-suwar yang  dalam Al-Qur’an biasa disebut juga dengan awa’ilu al-suwar, al-ahruf al-muqaththa’ah atau yang dalam terminologi sarjana Barat dijustifikasi sebagai huruf-huruf misterius (the mystical letters of the Qur’an).
Tanpa menafikan bentuk yang lainnya, pembahasan yang dilakukan para ulama terhadap bentuk huruf muqatta’ah sebagai pembuka surat-surat Al-Qur’an mendapatkan perhatian lebih dan tidak jarang menimbulkan kontroversi. Sehingga tidak mengherankan jika huruf-huruf tersebut sering dikategorikan sebagai ayat-ayat mutasyabihat, hanya Allah Swt. yang dapat mengetahui maknanya, meskipun masih ada pihak yang berpendapat boleh mencoba menta’wilkannya dengan kedalaman ilmu.
Penting untuk diketahui bahwa dengan membahas fawatih al-suwar yang berbentuk huruf-huruf mistis dalam Al-Qur’an, setiap orang akan selalu berusaha untuk menafsirkan makna apa yang terkandung di dalamnya. Hal yang demikian memberikan udara pemikiran yang berbeda dan bersifat kontinuitas karena penggalian makna yang tidak bersifat  dogmatis, pemahaman yang berbeda ini  disebabkan perbedaan setiap orang dalam  menanggapi sebuah gambaran inderawi.










BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pengertian fawatih as - swar menurut bahasa, fawatih adalah jamaꞌ dari kata fatih atau fawatih yang berarti  awalan atau pembuka. Sedangkan swar adalah jamaꞌ  dari kata surah yang berartisekumpulan ayat-ayat Al Quran yang diberi nama tertentu.
Macam –macam fawatih aswar dibedakan menjadi 10  (sepuluh) macam yaitu : pembukaan dengan pujian kepada Allah swt, pembukaan dengan huruf yang terputus- putus, pembukaan dengan nida/ panggilan, pembukaan dengan berita, pembukaan dengan sumpah, pembukaan dengan syarat, pembukaan dengan kata perintah, pembukaan denganpertanyaan, pembukaan dengan  doa dan pembukaan dengan alasan.
Adapun hikmah dengan keberadaan ayat mutasyabih dalam Al Quran yaitu : 1) Memperlihatkan akal manusia, 2) Teguran bagi orang-orang yang mengotak atik ayat mutasyabih, dan 3) Memberikan pemahaman abstrak ilahiah kepada manusia melalui pengalaman indrawi yang biasa disaksikannya
B.     saran
Demikianlah materi pembahasan yang paparkan pada bab II, terkait tentang tema yang dibahas terkait Fawatih As-Swar. Besar harapan makalah ini mampu  memberikan sumbangan untuk menambah khazanah keilmuan di bidang ilmu khususnya  Ulumul al-Qur’an.
IMPLIKASI
DALAM KEHIDUPAN SEHARI – HARI

Dengan mempelajari Fawatih As-swar  diharapkan mampu menambah keyakinan kepada Allah dan menjadi muhasabah diri betapa dangkalnya pengetahuan manusia dibandingkan ilmunya Allah swt. Sehingga menambah kesadaran sebagai manusia bahwa kemampuan kita terbatas untuk  mengungkap makna ayat-ayat mutasyabih tersebut.
Dengan demikian kita berharap terhindar dari sikap jumawa, angkuh dan sombong  atas akal dan pengetahuan yang diberikan oleh Allah, karena segala sesuatu dalam hidup ini adalah titipan yang akan dipertanggung jawabkan kelak.
Mempelajari Fawatih as - swar diharapkan juga mampu mendekatkan diri kepada Allah SWT, dengan cara mentadaburi ayat-ayat mutasyabih tersebut sehingga kita akan selalu mengingat allah dalam kehidupan sehari- hari.







DAFTAR PUSTAKA

Acep Hermawan, Ulumul Quran.Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013.
Abu Anwar, Ulumul Qur’an.Jakarta: Amzah, 2015.
Badruddin al-Zarkasyi, Al-Burhan fi ‘Ulum Al-Qur'an. Beirut: Dar al-a’rifah li al-Tiba’ah wa al-Nasyr, 1972.
Muchotob Hamzah, Studi Al-Qur’an Komprehensif.Yogyakarta: Gama Media, 2003.
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah jilid 1.Ciputat: Lentera hati, 2000.
Kadari M Yusuf, Studi Al-Quran.Jakarta: Hamzah, 2014.
Subhi As-Shalih, Ilmu-ilmu Al-Qur’an.Jakarta: Pustaka Firdaus, 2004.
Teungku M. Hasbi Ash-Shiddiqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an.Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2009.
-------------, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an media –media pokok dalam menafsirkan Al-Qur’an , Jakarta: PT Bulan Bintang, 1993.





[1]Acep Hermawan, Ulumul Quran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 102.
[2]Pengertian Mutasyabihat adalah ayat-ayat yang bersifat mujmal (gelobal), yang mu’awal (memerlukan takwil) dan musykil (sukar dipahami).
[3]Abu Anwar, Ulumul Qur’an (Jakarta: Amzah, 2015), h.88.
[4]Badruddin al-Zarkasyi, Al-Burhan fi ‘Ulum Al-Qur'an, (Beirut: Dar al-Ma’rifah li al-Tiba’ah wa al-Nasyr, 1972), h. 166
[5]Acep Hermawan, Ulumul Qur’an, h.102.
[6]بدرالدين محمد بن عبدالله الزركش ي,البرهان في علوم القرن (القاهرة:مكتبة دار التر اث,2008), رقم.193-209.
[7] سورة النساء:(1)
[8] Jumlah Ismiyah adalah setiap kalimat yang tersusun dari mubtadak dan khabar, atau kalimat yang diawali dengan kata benda ataupun nama. Sedangkan jumlah fi’liyah adalah kalimat yang dimulai dan diawali dengan predikat baik predikat masa sekarang,sedang ataupun akan datang.
[9]Lihat di buku karangan Abu Anwar, Ulumul Qur’an (Jakarta: Azam, 2015),  h.89.
[10]Lihat di buku karangan Teungku M. Hasbi Ash-Shiddiqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2009), h.115.
[11]Lihat di buku karangan Subhi As-Shalih, Ilmu-ilmu Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2004), h.332
[12]Lihat di buku karangan Teungku M. Hasbi Ash-Shiddiqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an media-media pokok dalama penafsiran Al-Qur’an (Jakarta: PT Bulan Bintang,1993), h.124.
[13]Badarudin Muhammad bin Abdullah AL-zarkasy, Al-burhan Fi-Ulumul Quran, h.196.
[14]Asep Hermawan, ‘Ulumul Qur’an, h.103.
[15]Teungku M. Hasbi Ash-Shiddiqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, h.116.
[16]Abu Anwar, Ulumul Qur’an, h. 92.
[17]Subhi As-Shalih, Ilmu-ilmu Al-Qur’an, h. 333.
[18]Abu Anwar, Ulumul Qur’an, h.94.
[19]Kadari M Yusuf, Studi Al-Quran (Jakarta: Hamzah, 2014), h. 56.
[20]Subhi As-Shalih, Ilmu-ilmu Al-Qur’an, h. 336-337.
[21]Ibid,h. 343.
[22]Tengku Muhammad Hasbi Ash shiddeqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an media –media pokok dalam menafsirkan Al-Qur’an (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1993), h. 128.
`               [23]Muchotob Hamzah, Studi Al-Qur’an Komprehensif (Yogyakarta: Gama Media, 2003), hal. 107.
[24]M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah jilid 1 (Ciputat: Lentera hati, 2000), h. 83. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar