FAWATIH AS-SWAR
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................... i
DAFTRA ISI........................................................................................... ii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN..................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
BAB II PEMAHASAN............................................................................ 3
A. Definisi Fawatih As-Swar............................................................. 3
B. Macam-Macam Fawatih As-swar 5
C. Perdapat Ulama tentang Fawatih As-swar..................................... 11
D. Hikmah Fawatih As-swar ............................................................. 19
BAB III PENUTUP................................................................................. 23
A. Kesimpulan.................................................................................. 23
B. Saran ......................................................................................... 23
IPLIKASI MATERI TERHADAP KEHIDUPAN................................. 24
DAFTAR FUSTAKA.............................................................................. 25
PEDOMAN TRANSLITERASI
ARAB LATIN
Penulisan translitrasi arab-latin dalam makalah ini adalah menggunakan pedoman translitrasi dari keputusan Agama
Kementrian Agama RI dan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan RI N0.150 Tahun 1987
dan N0. 05436/U/1987 secara garis besaar uraiannya adalah:
1.
Huruf Hijaiyyah
Huruf
Arab
|
Nama
|
Huruf
Arab
|
Nama
|
Huruf Arab
|
Nama
|
Huruf Arab
|
Nama
|
ا
|
= a
|
د
|
= d
|
ض
|
= dl
|
ك
|
= k
|
ب
|
= b
|
ذ
|
= dz
|
ط
|
= th
|
ل
|
= l
|
ت
|
= t
|
ر
|
= r
|
ظ
|
= zh
|
م
|
= m
|
ث
|
= ts
|
ز
|
= z
|
ع
|
= ‘
|
ن
|
= n
|
ج
|
= j
|
س
|
= s
|
غ
|
= gh
|
و
|
= w
|
ح
|
= h
|
ش
|
= sy
|
ف
|
= f
|
ه
|
= h
|
خ
|
= kh
|
ص
|
= sh
|
ق
|
= q
|
ء
|
= ‘
|
ي
|
= y
|
2.
Untuk Mad
dan Diftong
Huruf Arab
|
Latin
|
Huruf Arab
|
Latin
|
ىا
|
= â ( a panjang)
|
او
|
= Uw
|
ىي
|
= î (I
panjang)
|
ا
|
= Iy
|
ىو
|
= û (u panjang)
|
أي
|
= Ay
|
أو
|
= au
|
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar Al-Quran telah banyak
dilakukan oleh para ulama dan sarjana tempo dulu, termasuk para sahabat pada
zaman Rasulullah SAW. Hal itu tidak lepas dari disiplin dan keahlian yang
dimiliki oleh mereka masing-masing. Ada yang mencoba mengelaborasi dan melakukan
eksplorasi lewat perspektif keimanan historis, bahasa dan sastra,
pengkodifikasian, kemu’jizatan penafsiran serta telaah kepada huruf-hurufnya.
Kondisi semacam itu bukan hanya
merupakan tanggung jawab seorang Muslim untuk memahami bahasa-bahasa agamanya.
Tetapi sudah berkembang kepada nuansa lain yang menitikberatkan kepada studi
yang bersifat ilmiah yang memberikan kontribusi dalam perkembangan pemikiran
dalam dunia Islam. Kalangan sarjana Barat banyak yang
melibatkan diri dalam pengkajian Al-Quran, dengan motivasi dan latar belakang
kultural maupun intelektual yang berbeda-beda.
Al-Quran sebagaimana diketahui
terdiri dari 114 surat, yang di awali dengan beberapa macam pembukaan (Fawatih
Al-Suwar), di antara macam pembuka surat yang tetap aktual pembahasannya
hingga sekarang ini huruf muqatha’ah. Menurut Watt, huruf-huruf yang terdiri
dari huruf-huruf alphabet (hijaiyah) ini, selain mandiri juga mengadung
banyak misterius, karena sampai saat ini belum ada pendapat yang dapat
menjelaskan masalah itu secara memuaskan.
B. Rumusan
Masalah.
1. Bagaimanakah pengertian Fawatih As –
Swar?
2. Bagaimana macam-macam Fawatih As- Swar?
3. Bagaimana
pendapat Ulama tentang Fawatih As-swar?
4. Apa hikmah keberadaan Fawatih As-swar
dalam
Al-quran?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Fawatih As-Swar
Istilah ‘’fawatih’’ jamak dari
kata ‘’fatih’’ yang secara lughawi berarti pembuka. Sedangkan ‘’suwar’’
adalah jamak dari kata ‘’surah’’ sebagai sebutan dari sekumpulan dari
ayat-ayat Al-qur’an yang diberi nama tertentu. Jadi ‘’fawatih Al-Suwar’’
berarti pembukaan-pembukaan surah, karna posisi berada diawal surah-surah dalam
Al-qur’an, diantara pembuka itu ada yang berbentuk kata terpisah (Al-muqatha’at), maupun kalimat.[1]
Fawatih As-swar adalah kalimat-kalimat yang dipakai
untuk pembukaan surah, ia merupakan bagian dari ayat Mutasyabihat.[2]
Karena bersifat mujmal, mu’awwal, dan
musykil. Didalam Al-quran terdapat huruf-huruf awalan dalam pembukaan surah
dalam bentuk yang berbeda-beda. Hal ini salah satu kebesaran Allah dan
kemahatahuannya, sehingga kita terpanggil untuk menggali ayat-ayat tersebut.
Dengan adanya suatu keyakinan bahwa semakin dikaji ayat Al-qur’an itu, maka
semakin luas pengetahuan kita.[3]
Menurut Ibn Abi al-Isba’ dalam kitab Al-Khawathir
al-Shawanih fi Asrar al-Fawatih yang ditulisnya, dia menggunakan
istilah ‘al-Fawatih’ dengan arti jenis-jenis perkataan yang
membuka surat-surat dalam Al-Qur’an. Jenis-jenis perkataan itu dibagi menjadi
sepuluh kelompok; salah satunya adalah huruf-huruf tahajji (dibaca
dengan cara dieja), atau yang biasa kita sebut dengan al-fawatih.
Sementara Sembilan jenis lainnya adalah pujian: pujian kepada Allah, baik tahmid
maupun tasbih; nida’ (seruan); jumlahkhabariyah
(kalimat berita); qasam (sumpah); syarat, perintah, doa, dan ta’lil
(alasan). Begitu pula dengan Ibn Akhdhar yang berpendapat bahwa fawatih
al-suwar berarti pembukaan surat karena posisinya yang mengawali perjalanan
teks-teks pada suatu surat. Apabila dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah
dinamakan dengan al-ahruf al-muqaththa’ah (huruf-huruf terpisah), karena
posisi huruf tersebut menyendiri dan tidak bergabung membentuk suatu kalimat
secara kebahasaan.
Mengenai hal ini Al-Zarkasyi berpendapat :“aspek tersebut
merupakan bagian dari sesuatu yang ghaib, seperti ayat-ayat yang membicarakan
tentang terjadinya hari kiamat, turunnya hujan, apa yang ada dalam rahim,
interpretasi tentang roh, dan huruf-huruf penggalan (al-huruf
al-muqaththa’ah). Semua ayat-ayat mutasyabih yang terdapat dalam
Al-Qur’an menurut ahlu al-haq tidak ada tempat bagi ijtihad untuk
menafsirkannya dan memang tidak ada jalan untuk menuju kesana kecuali dengan
cara mengikuti salah satu dari ketiga hal berikut, yaitu berdasarkan dari nash
Al-Qur’an, penjelasan dari Nabi Saw., atau berdasarkan kesepakatan (ijma’)
ummat atas ta’wilnya. Jika tidak terdapat penjelasan secara tauqifi
dari ketiganya, maka dapat kita ketahui bahwa yang mengetahui ta’wilnya
hanyalah Allah Swt. semata”.[4]
Banyak ulama telah melakukan kajian
mendalam tentang pembukuan surah-surah Al-qur’an, seperti Ibnu Abi Al-Asba’
yang menulis sebuah kitab tentang bab ini, yaitu Al-Khawathir Al-Sawanih fi
Asrar Al-Fawatih. Ia mencoba untuk menggambarkan beberapa katagori dari
pembukaan-pembukaan surah yang ada didalam Al-qur’an. Pembagian karakter
sebagai berikut: Pertama kesempurnaan
Tuhan. Kedua dengan menggunakan huruf-huruf hijaiyah, yang terdapat dalam 29
surah. Ketiga, dengan menggunakan kata seru (ahrun nida) yang terdapat
dalam sepuluh surah. Keempat, kalimat berita (jumlah khabariyah) yang terdapat
dalam 23 surah. Kelima, dalam bentuk sumpah (Al-qasam) yang terdapat
dalam 15 surah.[5]
B.
Bentuk-Bentuk Fawatih Al-Suwar
Menurut Badaruddin Muhammad Al-Zarkasyi
yang didalam bukunya Al-Burhan Fi ‘Ulumul Al-Qur’an, memberikan pembukaan
terhadap kitabnya dengan membagi sepuluh macam macam bentuk pembukaan surah dan
tidak ada satupun surah yang keluar dari sepuluh macem pembagian tersebut.
Adapun pembagian tersebut adalah sebagai berikut:
1. الاستفتاح بالثناء
الاول:استفتاحه
بالثناء عليه عز وجل:والثناء قسمان. إثبات لصفات المدح,ونفى وتنزيه من صفات
النقص.نحو:
ا -(
ßôJysø9$#¬! ):فى
خمس سور [ الفاتحة, الآنعام, الكهف, سبأ, فاطر].
ب- (8t»t6s?):في
سورتين [ الفرقان,و الملك]
ج- (x¬7y):
فى سبع سور [الإسراء, الأ على, الحديد, الحشر,
الصف, الجمعة,والتغابن]
2 . الاستفتاح بحرف التهجى[6]
Kelompok dengan huruf-huruf ini
terdapat dalam 29 surah dengan pembukaan memakai 14 huruf tanpa diulangi, yaitu:
ي ه
ن م ل ك ص ق ع ط س رح
ا
Penggunaan
huruf-huruf tersebut dalam pembukaan surah-surahAl-Qur’an disusun dalam 14 rangkaian,
yang terdiri dari kelompok berikut ini diataranya sbb:
a.
kelompok sederhana, yaitu
pembuka surah yang hanya dibuka dengan satu huruf, terdapat pada tiga surah,
yaitu ص(surah shad), ق (surah Qaf) dan ن (surah Al-Qalam).
b.
Kelompok yang terdiri dari dau huruf yaitu terdapat
pada sembilan surah adalah sbb:حم (surah AL-Mu’min, Al-Sajadah,
Al-Zukhruf, Al-Dukhan, Al-Jatsyiah, dan Al-Ahqaf), طه (surah Thaha), طس (surah AL-Naml) dan يس (surah Yasin).
c.
Kelompok yang terdiri dari tiga huruf yaitu
terdapat pada tiga belas surah adalah sbb:الم (surah Al-Baqarah, Ali-Imran, Al-Rum, Luqman,
dan Sajadah), الر (surah
Yunus, Hud, Ibrahim, Yusuf, dan Al-Hijir) dan طسم (surah Al-Qashash dan Al-syu’ara)
d.
Kelompok yang terdiri dari empat huruf yaitu
terdapat pada dua surah adalah sbb:المر (surah Al-Ra’d) dan المص (surah Al-A’raf).
e.
Kelompok yang etrdiri dari lima huruf yaitu yang
terdapat pada dua surah adalah sbb: كهيعص(surah Mariyam) dan حم عسق (surah Al-Syura).
3
. الاستفتاح 3 . الاستفتاح بالنداء
النوع الثالث من
أنواع استفتاح السور: النداء,نحو:
أ – ($ygr'¯»t úïÏ%©!$# ): [سور
المائدة:1؛ سور الحخرات:1 ؛ سور
المتحنة:1]
ب- ($pkr'¯»t â¨$¨Z9$#): [سور النساء:1 , سور الحج:1]
$pkr'¯»t â¨$¨Z9$#
(#qà)®?$# ãNä3/u Ï%©!$# /ä3s)n=s{ `ÏiB <§øÿ¯R ;oyÏnºur t,n=yzur $pk÷]ÏB $ygy_÷ry £]t/ur $uKåk÷]ÏB Zw%y`Í #ZÏWx. [ä!$|¡ÎSur 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# Ï%©!$# tbqä9uä!$|¡s? ¾ÏmÎ/ tP%tnöF{$#ur 4 ¨bÎ) ©!$# tb%x. öNä3øn=tæ $Y6Ï%u
ÇÊÈ [7]
ج- ($pkr'¯»t ÓÉ<¨Z9$#):
[التحريم:1,
الطلاق:1] ,(
$pkr'¯»t ã@ÏiB¨ßJø9$#):[ المزمل:1], ($pkr'¯»t ãÏoO£ßJø9$# ) :[
المدشر:1].
4.
الاستفتاح بالجمل الخبرية
الرابع:
الاستفتاح بالجمل الخبرية ,نحو:
ا - الجمل
العسميه[8],
فى احد عشر سور [ التوبه, النور, الزمر, محمد, الفتح, الرحمن, الحاقة, نوح, القدر,
القارعة, و الكوثر ].مثال في سور الرحمن (ß`»oH÷q§9$# ÇÊÈ zN¯=tæ tb#uäöà)ø9$# ÇËÈ Yn=y{ z`»|¡SM}$# ÇÌÈ
)
ب- الجمل الفعلية, فى اثن
عشر سور [الأنفال, النحل, القمر, المؤمنون, الأ نبياء,
المجادلة, المعارج, القياقة, البلد, عبس, البينه, و التكاثر].
مثال في سور عبس
(}§t6tã #¯<uqs?ur ÇÊÈ br& çnuä!%y` 4yJôãF{$# ÇËÈ $tBur y7Íôã ¼ã&©#yès9 #ª1¨t ÇÌÈ )
5. الاستفتاح بالقسم
الجامس:
القسم فى خمس عشرة سورة [الصافات, الذاريات, الطو ر, الجم, المرسلات ,
النازعات, البروج, الطارق, الفجر, الشمس, الليل, الضحى, التين, العاديات, العصر].
6.
الاستفتاح بالشرظ
السادس:
بالشرظ فى سبع سور نحو [ التكوير:1.( #sÎ) ߧ÷K¤±9$# ôNuÈhqä. ÇÊÈ ), الانفطار: 1.( #sÎ) âä!$yJ¡¡9$# ôNtsÜxÿR$# ÇÊÈ ),
الانشقاق:1 .( #sÎ) âä!$uK¡¡9$# ôM¤)t±S$# ÇÊÈ), الواقعة:1.
( #sÎ) ÏMyès%ur èpyèÏ%#uqø9$# ÇÊÈ ),
المطففين: 1 .( ×@÷ur tûüÏÿÏeÿsÜßJù=Ïj9 ÇÊÈ ), الزلزلة:1 .( #sÎ) ÏMs9Ìø9ã ÞÚöF{$# $olm;#tø9Î ÇÊÈ ).
النصر: 1 .( #sÎ) uä!$y_ ãóÁtR «!$# ßx÷Gxÿø9$#ur ÇÊÈ )].
7 .الاستفتاح بالأمر
السابع:
الاستفتاح بالأمر فى ست سور :
-
العلق :1.( ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ
),
-
الجن :1.(ö@è% zÓÇrré& ¥n<Î) çm¯Rr& yìyJtGó$# ÖxÿtR z`ÏiB
.......... ÇÊÈ ),
-
الا خلاص:1.(ö@è% uqèd ª!$# îymr& ÇÊÈ ).
-
الكفرون :1.(ö@è% $pkr'¯»t crãÏÿ»x6ø9$# ÇÊÈ ),
- الفلق
:1.(ö@è% èqããr& Éb>tÎ/ È,n=xÿø9$# ÇÊÈ ),
- الناس
:1.(ö@è% èqããr& Éb>tÎ/ Ĩ$¨Y9$# ÇÊÈ )
8
.الاستفتاح بالاستفهام
الثامن:الفظ
الاستفهام فى ست سور نحو.[النبإ:.1( §Ntã tbqä9uä!$|¡tFt ÇÊÈ ), الغاشيتى:1 (ö@yd y79s?r& ß]Ïym Ïpuϱ»tóø9$# ÇÊÈ
), الماعون:1
(|M÷uäur& Ï%©!$# Ü>Éjs3ã ÉúïÏe$!$$Î/ ÇÊÈ
), العنشرح:
1 (. óOs9r& ÷yuô³nS y7s9 x8uô|¹ ÇÊÈ ), الفيل:1 (óOs9r& ts? y#øx. @yèsù y7/u É=»ptõ¾r'Î/ È@Ïÿø9$# ÇÊÈ),
9 .الاستفتاح بالدعاء
التاسع:
الدعاء فى ثلاث سور نحم
:
ا-
المطففين : (×@÷ur tûüÏÿÏeÿsÜßJù=Ïj9 ÇÊÈ tûïÏ%©!$# #sÎ) (#qä9$tGø.$# n?tã Ĩ$¨Z9$# tbqèùöqtGó¡o ÇËÈ )
ب-
ÇÊÈ Ï%©!$# yìuHsd Zw$tB ¼çny£tãur ÇËÈ )
ج- الحب : (ôM¬7s? !#yt Î1r& 5=ygs9 ¡=s?ur ÇÊÈ !$tB 4Óo_øîr& çm÷Ytã ¼ã&è!$tB $tBur |=|¡2
ÇËÈ)
10.الاستفتاح
بالتعليل
العاشر:
التعليل, فى موضع واحد, نحو : [ قريش: 1. (É#»n=\}
C·÷tè% ÇÊÈ ]
Dilain
sisi jika merujuk kepada buku-buku refrensi yang berbahasa indonesia, terkait pembagian atau pengelompokan Fawatih
as-suwar maka pengelompokan pembuka-pembuka surah dibagai menjadi lima macam
bentuk, pembagian ini biasa ditemukan dalam berbagai refrensi khususnya yang berbicara tetang fawatih
as-suwar.[9]
Diantara pembukaan-pembukaan surah yang terdiri dari lima macam tersebut
tearletak dari jumlah huruf yang mengawali pembukaan surah, lima macam pembuka
surah tersebut adalah:[10]
1. Ada yang hanya terdiri dari satu huruf. Terdapat pada tiga surah yaitu
surah Shad, Qaf dan Al-Qalam (surah 38,50,68). Pertama dimulai dengan Shad,
kedua dimulai dengan qaf dan ketiga dimuali dengan nun.[11]
2. Ada yang terdiri dari dua huruf. Ini terdapat pada sepuluh surah, tujuh
dintaranya disebut hawami (surah-surah hamim), karna surah-surah
tersebut dimulai dengan huruf ha dan mim, yaitu surah 40 hingga
surah 46 yaitu pada surah Ghafir, Fushsilat, Asy-Syura, Az-Zukruf, Ad-Dukhan,Al-Jatsyah dan Al-Ahqaf. Sedangkan surah yang ke
42 di gabung dengan ha mim, yaitu yang pada terdapat ‘ain sin qaf. Surah yang kedelapan dan
yang kesepuluh ini adalah tha ha (surah yang ke 20).[12]
3. Ada yang terdiri dari tiga huruf yang terdapat pada tiga belas surah.
Enam surah dimuali dengan alif lam mim: yaitu surah Al-Baqarah,
Ali-Imran, Al-ankabut, Ar-rum Luqman dan As-sajadah. Lima surah dimulai dengan Alif
lam ra yaitu di surah, Yunus, Hud, Yusuf, Ibrahim, adan Al-Hijir. Dua surah
dimulai dengan tha sin mim yaitu di surah Asy-Syu’ara dan Al-Qashash.
4. Ada yang dimulai dengan empat huruf yaitu di surah Al-A’raf dan Ar’ad.
Surah Al-A’raf dimulai dengan alif lam mim shad, sedangkan surah
Ar-Ra’ad dimuali dengan alif lam min ra.
5. Ada yang terdiri dari lima huruf. Yaitu terdapat dalam satu surah di
surah Maryam. Surah ini dimulai dengan kaf ha ya ain shad.
Didalam bukunya Badarudin Muhammad
bin Abdullah AL-zarkasy dan Asep Hermawan.[13]
Menuliskan bahwa surah yang diawali dengan lima huruf terdapat di dua surah yaitu surah Mariyam yang dimulai dengan kaf ha ya ain shad Dan surah Al-Syuura
yang dimulai dengan ha mim ain sin khaf.[14]
Menurut kedua penulis diatas surah Al-Syuura yang diawali dengan lima huruf
yaitu ha mim ain sin khaf merupakan awal pembuka surah meski diayat
pertama terdapat pembuka surah dengan huruf ha mim dan ayat kedua
terdapat huruf ain sin khaf kedua
tersebut merupakan awal dari pembuka surah.
C. Pendapat Ulama Tentang Makna Fawatih As-Suwar.
Dengan penjelasan diatas menunjukkan
bahwa fawatih as-suwar (pembuka-pembuka surah) ada 29 macam yang terdiri
dari tiga belas huruf. Huruf yang paling banyak dalam pembuka surah ialah, alif,
dan lam, kemudian mim, kemudian ha, kemudian ya,
sin, tha, shad, kemudian ha, ya dan ‘ain, qaf dan akhirnya kaf
dan nun.[15]
Huruf yang digunakan dalam pembukaan
surah dengan tidak berulang-ulang ada 14 atau separuh huruf hijaiyah. Karenanya
para mufassir berkata:’’disebut fatihah-fatihah surah dalam Al-Qur’an adalah
untuk menunjukkan bahwa Al-Qur’an tersusun dari huruf-huruf hijaiyah yang
terkenal yang sebaginya terdiri dari satu-satu huruf.
Para ulama salaf dalam menyikapi ayat-ayat yang
dimulai dengan huruf mutasabihatyang terletak diawal surah berpendapat bahwa
ayat-ayat tersebut telah tersusun sejak azali sedemikian rupa, melengkapi
segala yang melemahkan manusia dalam mendatangkan Al-Qur’an. Karena
kehati-hatianya mereka tidak berani memberikan penafsiran dan tidak berani
mengeluarkan pendapat yeng tegas terhadap huruf-huruf itu, dan mereka meyakini
bahwa Allah sendiri mengetahui tafsirnya.[16]
Sebagimana yang dikatakan oleh Asy-Sya’bi oleh Subhi Soleh menyatakan :’’huruf
awal itu adalah rahasia Al-Qur’an hal ini diperjelas dengan Ali bin Abi Thalib:
ان لكل كتاب صفوة وصفوة هذاالكتاب حروف التهجي
Artinya:‘’Sesungguhnya bagi tiap-tiap
kitab ada saripatinya.Saripati Al-Qur’an ini adalah huruf-huruf hijaiyah.’’
Untuk lebih jelasnya dari apa yang
dikemukakan diatas, berikut pendapat yang lebih lengkap terkait
penafsiran-penafsiran para mufassir terkait dengan fawatih as-suwar.
1. Mufassir dari Kalangan Tafsir.
Dari
kalangan ahli tafsir yang dengan panjang lebar menjelaskan tentang makna
fawatih as-suwar adalah Zamaksyari, Baidhwai, Ibnu Taimiyyah (Wafat tahun 728
H) dan muridnya bernama Al-Hafidz al-Mizzi (Wafat tahun 742 H). Kalangan ini
menafsirka bahwa.
Huruf-huruf
yang mengawali surah-surah itu disebut dalam Al-Qur’an menunjukkan bahwa kitab
suci tersebut tersusun dalam huruf tahajji yang diketahui secara umun.
Diantara huruf-huruf awal tersebut ada yang terdiri satu huruf dan ada pula
yang tergabung dari beberapa huruf. Hal ini dimaksudkan agar orang-orang Arab
mengerti dan jelas bahwa Al-Qur’an diturunkan dengan huruf-huruf yang mereka
kenal. Ini merupakan teguran keras sekaligus pembukti ketidak mampuan mereka
membuat Al-Qur’an, dan juga menjadi
tantangan bagi orang-orang Arab untuk mencoba membuat semisal Al-Qur’an.
Al-Qur’an tidak hanya mengandung
berbagai huruf awal yang jumlahnya mencapai jumlah huruf hijaiyahdan
tidak juga jenis-jenis huruf jumlah separuh huruf hijaiyah, bahkan lebih
aneh lagi karena huruf-huruf mengawali surah itu mencakup separuh dari semua
golongan huruf. Golongan-golongan huruf tersebut adalah: golongan huruf balq
(yang suaranya keluar dari kerongkongan) yaitu, ba (ringan), ‘ain dan
haa (berat). Dan golongan huruf jenis mahmusah (yang suara
seperti bisikan), yaitu siin, kaaf, haa (ringan), shaad dan haa
(berat). Dari golongan huruf-huruf majhutuh (yang suara dikeraskan)
yaitu, hamzah, miim, laam, ‘ain, thaa, qaaf, yaa dan nuun. Dari
golongan yang suara keluar dari bibir (syafahiy) yaitu miim. Dari
golongan huruf qalqalah (suara bergerak bila dimatikan)ialah, qaff dan
thaa dan seterusnya. Demikanlah uraian mereka dalam mempertahakan
pendapatnya.[17]
2. Mufassir dari Kalangan Tasawuf.
Ulama
tasawuf berpendapat bahwa fawatih as-suwar, adalah huruf-huruf yang
terfotong-potong yang masing-masing diambil dari nama Allah, atau setiap
hurufnya merupakan pengganti dari suatu kalimat itu menunjukkan kepada maksud
yang dikandung dalam surah yang terdapat pada huruf yang terpotong-potong.[18]
Misalkan
apa yang dikemukakan oleh Ibnu Abbas (w.65 H) mengenai makna kaaf, haa, ya,
ain, shaad. Huruf kaaf
berasal dari karim (maha penyantun), haa berasal dari katahadin
(maha penuntun), yaa berasal dari kata hakim, ain berasal dari kata aliim,shaad berasal
dari kata shaadik . Ibnu Abbas mentakwilkannya dengan anallahu’araa
(aku Allah mengetahui). Empat huruf awal alif lam mim shaad ditakwilkan
(aku adalah Allah yang memutuskan). Selain itu ada juga orang yang mentakwilkan
tiga huruf awal thaa sin miin dengan (bukit Thursina dan Musa), karna
dua buah surah yang masing-masing yang diawali dengan tiga huruf tersebut
mengetengahkan kiasah Nabi yang menerima taurat (Musa) di Bukit Thursina.[19]
Ibnu Farij
meriwayatkan pendapat dari Ibnu Abbas, bahwa tiap-tiap huruf dari huruf-huruf
yang terpotong-potong itu diambil dari nama/ sifat-sifat Allah SWT.
Didalam
bukunya Subhi As-Shalih menyatakan bahwa, tidak diragukan lagi penafsiran
secara kebatinan mempunyai amat jauh jangkauannya, amat aneh pengaturnya dan
sangat misterius maknanya. Hal senada juga diungkapkan oleh Syeikah Muhyiddin
bin Arabi di dalam bukunya al-Futuhatul Makkiyah ‘’ketauhilah
awalan-awalan yang tidak jelas artinya tidak dapat diketahui kecuali para ahli gambaran yang masuk akal.[20]
3. Mufassir dari Kalangan Syi’ah
Kelompok
Syi’ah berpendapat bahwa jika huruf-huruf awalan itu dikumpulkan setelah
dihapus ulang-ulangnya maka akan berarti صراط عليي على حق ‘’jalan Ali adalah kebenaran yang kita
pegang teguh’’. Pen takwilan itu kemudian dijawab oleh Ahlus Sunnah
berdasarkan pengertian mereka yang diperoleh dari huruf-huruf itu yang juga
setelah dihapus berulang-ulang, dengan mengatakan:’’benarlah jalanmu bersama
kaum Ahlus Sunnah’’.
4. Mufassir dari Kalangan Orientalis.
Dari
kalangan orientalis seperti Sprenger yaitu, yang tidak puas dengan pen takwilan
tiga huruf awalan, thaa, siin, miin, lalu ia berpendapat huruf-huruf
yang paling menonjol dalam firman Allah, Laa yamassuhu illal-muthahharun (tidak
menyentuhnya selain orang-orang yang telah bersuci) ialah, thaa, sinn dan mim. Dengan demikian pemikiran
Sprenger membalik kalimat firman Allah tersebut dengan mendahulukan lafaz muthahharun
dan membelakangkan lafaz yamassuhu.
Pendapat yang paling jauh menyimpang dari
kebenaran adalah, dari seorang orientalis yang bernama Noldeke didalam buku
pertamanya yang terkait tentang sejarah studi Al-Qur’an yang ditulis olehnya
bersama Schwally muncul pemikiran teori yang memandang huruf-huruf awal surah
tidak lain hanyalah nama-nama depan dan belakang Nabi atau huruf belakang dari
nama-nama sahaba. Misalnya huruf siin adalah huruf depan nama Sa’ad Abi
Waqqash, huruf miim adalah huruf depan dari nama Al-Muqirah. Pendapat
ini dibenarkan oleh Buhl dan Hirscfeld, namun dibantah oleh Blachere dan Loth serta
Buaer mengangap sangat mustahil orang-orang yang beriman yang terkenal zuhud
dan ketakwaannya memasukkan unsur-unsur yang bukan Al-Quran kedalam Kitab suci,
serta bagaimana pun juga tidak masuk akal sama sekali kalo orang-orang memiliki
mushaf sendiri-sendiri itu mengabadikan nama-nama mereka dengan huruf-huruf
depan namanya masing-masing. Pendapat ini kemudian telah ditinggalakn oleh
Noldeke.[21]
Tidak hanya dari kalangan Islam,
orang-orang Yahudi juga tertarik mencoba menta’wilkan makna huruf-huruf
tersebut. Bagi mereka bahwa huruf-huruf penggalan (huruf al-muqatha’ah)
tersebut penafsirannya berhubungan dengan angka-angka, sehingga dapat diketahui
berapa lama dominasi Islam secara politis. Hal ini bisa ditunjukkan oleh
riwayat Ibn Ishaq dari Ibn Abbas tentang seorang Yahudi Abu Yasar bin Akhthab
dan saudaranya Hayy bin Akhthab serta beberapa orang lainnya pernah menjumpai
Rasulullah Saw. kemudian berdialog tentang ramalan keberlangsungan agama yang
dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya mengacu pada isi kitabnya masing-masing.
Mereka meramalkan lama waktu atau masa keberlangsungan agama Islam dengan
berpedoman kepada jumlah huruf-huruf muqaththa’ah, namun pada akhirnya
mereka menemui kesulitan.
Model penta’wilan seperti di
atas, dijadikan landasan bagi kebanyakan orang-orang salaf untuk
menyingkap masa dan keberlangsungan dunia dan alam semesta. Al-Suhailiy
merupakan salah seorang yang berpendapat demikian. Mengenai hal ini Ibn Khaldun
mengatakan, bahwa Al-Suhailiy mengumpulkan huruf-huruf penggalan (al-huruf
al-muqatha’ah) pada awal surat setelah membuang huruf-huruf yang
diulang-ulang. Ia mengatakan jumlahnya ada 14 huruf yang dikumpulkan dalam
suatu perkataan Alam Yasti’ Nashshu Haqqi Karihin. Kemudian ia
menghitungnya dengan perhitungan jumal (bi hisab al-jumali),
sehingga jumlahnya ada 703 yang dihubungkan dengan jumlah tahun sebelum
diutusnya Nabi. Ini merupakan masa kelangsungan agama Islam. Lebih lanjut ia
mengatakan.
Hal itu tidak menutup kemungkinan bahwa yang demikian itulah yang dimaksudkan
oleh huruf-huruf tersebut.
Menurut Ibn Khaldun bahwa penta’wilan
sebagaimana dilakukan oleh orang-orang Yahudi terhadap huruf-huruf yang
demikian tidak dapat dijadikan sebagai dalil untuk memperkirakan usia suatu
agama. Menurutnya, ada dua alasan kenapa penta’wilan yang demikian harus
ditolak, yaitu pertama, bahwa dalalah (petunjuk) huruf-huruf
tersebut pada angka (al-arqam) bukanlah makna yang bersifat alamiyah (thabi’iyah)
atau rasional (‘aqliyah), tetapi merupakan dalalah urfiyah (makna
konvensional); kedua, bahwa orang-orang Yahudi menjadikan makna yang
demikian lebih dekat kepada ke-baduwi-annya dan ke-ummy-annya
dalam pengertian kultural (al-tsaqafiy wa al-hadhariy). Oleh karenanya
pendapat dan ijtihad mereka tidak dapat dijadikan kesimpulan dalam
persoalan seperti ini.
5. Pendapat dari Para Ahli Hadis.
Para
ahli hadis mengetengahkan sebuah riwayat yang berasal dari Ibnu Mas’ud dan
empat orang Khalifah Rasyidin(Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali) bahwa mereka itu
berpendapat :’’Huruf-huruf yang sesungguhnya adalah ilmu yang tertutup dan mengandung
rahasia terselubung yang dikhususkan Allah. Karenanyaulama-ulama yang
memaknakan pembuka-pembuka surah ini,
tidak berani memberikan pendapat secara pasti mereka hanya memberikan
pendapat mereka mengenai Fatihah-fatihah surat ini, sambil mnyerahkan penafsiranya
yang hakiki kepada Allah.[22]
Dari
pendapat para ahli tentang fawatih as-suwar, dapat dilihat bahwa pentakwilan sebuah ayat sangat banyak
macamnya. Hal ini boleh jadi didasari oleh pendidikan dan ilmu-ilmu yang
dimiliki oleh penakwilnya serta kecendrungan mereka mengkaji Al-Qur’an secara
luas. Pada perinsipnya tidak menutup kemungkinan bagi mereka, mufassir, untuk
melahirkan sebuah tafsir yang dilandasi dengan ilmu yang dimiliki oleh seorang
mufassir.
6. Imam Syibawaihi.
Mereka nerpendapat bahwa bahwa
huruf-huruf itu adalah merupakan nama-nama dari surah-surah yang dibuka dengan
huruf-huruf tersebut.Selain dari pendapat-pendapat di atas, masih terdapat banyak lagi
ulama-ulama lain seperti dari Al-Izzu Ibnu Abdis Salam, Imam Ibnu Hajar
Al-Asqalani, Syekh Muhyiddin Ibnu Arabi dan lainnya yang berpendapat mengenai
huruful muqatho’ah sebagai salah satu jenis pembuka surat.[23]
Salah satu pendapat terbaru adalah yang
dikemukakan oleh Rasyad Khalifah, huruf-huruf itu merupakan isyarat tentang
huruf-huruf yang banyak dalam surah-surahnya dalam surat Al-Baqarah huruf yang
paling banyak adalah huruf alim, lam dan mim, demikian juga pada surah-surah
yang lain yang diawali dengan huruf-huruf yang terpotong-potong, kecuali pada
surah yasin.[24]
D.
Hikmah Fawatih al-Suwar
Al-Qur’an yang diturunkan di tengah masyarakat Qurais
notabene ahli dalam kebahasaan, tentunya mempunyai
keistimewaan dalam aspek kebahasaan mengingat eksistensinya sebagai
mukjizat. Dengan pembahasan fawatih al-suwar ini akan terungkaplah
mukjizat yang terkandung di dalamnya serta menyadari keterbatasan akal manusia
dalam memahami sesuatu yang sifatnya ghaib. Selanjutnya niscaya akan
memberikan pemahaman ilahiah kepada manusia melalui pengalaman inderawi yang biasa
digunakan.
Berkaitan dengan hal di atas,
Al-Sya’by pernah berkata:
إن لكل كتاب سر او سر هذا القرأن
فواتح السور
Artinya: Sesungguhnya bagi tiap-tiap kitab memilki
rahasia, dan sesungguhnya rahasia Al-Qur’an ini adalah pembukaan-pembukaan
surat.
Menurut sebagian mufassir, bentuk fawatih al-suwar
ini berfungsi untuk menunjukkan kepada bangsa Arab akan kelemahan akal mereka.
Meskipun Al-Qur’an tersusun dari huruf-huruf ejaan yang mereka kenal, datang
dalam bentuk tersusun dari beberapa huruf, bahkan ada yang hanya satu huruf
tunggal, namun mereka tidak mampu membuat kitab yang setanding dengan
Al-Qur’an. Pendapat lain, mengenai fawatih al-suwar dapat digunakan
sebagai tanbih (peringatan) sebelum melontarkan uraian Al-Qur’an, dalam
arti menyadarkan perhatian pendengar, dikarenakan setelah adanya huruf-huruf tersebut
pada umumnya Allah Swt, menerangkan perihal al-Kitab dan kenabian. Ini
berbanding terbalik dengan kata-kata peringatan yang biasa digunakan dalam
bahasa Arab.
Tentang siapa yang diperingatkan oleh Allah Swt. sebagian
ulama sepert Al-Khuwaibi, berpendapat bahwa Nabi Muhammad-lah yang
diperingatkan agar di tengah-tengah kesibukan dunianya, beliau berpaling kepada
Jibril untuk mendengarkan ayat-ayat yang disampaikan kepadanya. Klarifikasi dilakukan
oleh Rasyid Ridha, menurutnya tanbih tersebut ditujukan kepada
orang-orang musyrik Mekah, di saat mereka mengajurkan untuk tidak mendengarkan
Al-Qur’an di waktu Nabi membacanya, ketika mendengar huruf-huruf muqaththa’ah
ini mereka heran dan merasa penasaran untuk mendengarkan bacaan Nabi, hal ini
juga dapat ditujukan pada Ahli Kitab Madinah.
Fungsi lain fawatih al-suwar adalah untuk
menyempurnakan dan memperindah bentuk-bentuk penyampaiannya, dengan sarana
pujian melalui huruf-huruf. Selain itu, ia dipandang merangkum segala materi
yang akan disampaikan lewat kata-kata awal. Dalam hal ini, surat al-Fatihah
dapat digunakan sebagai ilustrasi dari suatu pembuka yang merangkum keseluruhan
pesan ayat dan surat yang terdapat di dalam Al-Qur’an.
Pernyataan bahwa Al-Qur’an yang menjadi sumber hukum
bagi umat Islam memiliki keistimewaan baik dari segi makna maupun dari bahasa
tidaklah merupakan sebuah pernyataan yang tidak berdalil. Allah Swt. telah
beberapa kali menyampaikan perihal keistimewaan Al-Qur’an. Satu lagi
keistimewaan Al-Qur’an yang terungkap dengan adanya pembahasan fawatih
al-suwar yang dalam Al-Qur’an biasa
disebut juga dengan awa’ilu al-suwar, al-ahruf al-muqaththa’ah
atau yang dalam terminologi sarjana Barat dijustifikasi sebagai huruf-huruf
misterius (the mystical letters of the Qur’an).
Tanpa menafikan bentuk yang lainnya, pembahasan yang
dilakukan para ulama terhadap bentuk huruf muqatta’ah sebagai pembuka
surat-surat Al-Qur’an mendapatkan perhatian lebih dan tidak jarang menimbulkan
kontroversi. Sehingga tidak mengherankan jika huruf-huruf tersebut sering
dikategorikan sebagai ayat-ayat mutasyabihat, hanya Allah Swt. yang
dapat mengetahui maknanya, meskipun masih ada pihak yang berpendapat boleh
mencoba menta’wilkannya dengan kedalaman ilmu.
Penting untuk diketahui bahwa dengan membahas fawatih
al-suwar yang berbentuk huruf-huruf mistis dalam Al-Qur’an, setiap orang
akan selalu berusaha untuk menafsirkan makna apa yang terkandung di dalamnya.
Hal yang demikian memberikan udara pemikiran yang berbeda dan bersifat
kontinuitas karena penggalian makna yang tidak bersifat dogmatis,
pemahaman yang berbeda ini disebabkan perbedaan setiap orang dalam
menanggapi sebuah gambaran inderawi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian
fawatih as - swar
menurut bahasa, fawatih adalah jamaꞌ dari
kata fatih atau fawatih yang berarti awalan
atau pembuka. Sedangkan swar adalah jamaꞌ
dari kata surah yang
berartisekumpulan ayat-ayat Al Quran yang diberi nama tertentu.
Macam
–macam fawatih aswar dibedakan menjadi 10
(sepuluh) macam yaitu : pembukaan dengan pujian kepada Allah swt,
pembukaan dengan huruf yang terputus- putus, pembukaan dengan nida/ panggilan,
pembukaan dengan berita, pembukaan dengan sumpah, pembukaan dengan syarat,
pembukaan dengan kata perintah, pembukaan denganpertanyaan, pembukaan
dengan doa dan pembukaan dengan alasan.
Adapun hikmah dengan
keberadaan ayat mutasyabih dalam Al Quran yaitu : 1) Memperlihatkan akal
manusia, 2) Teguran bagi orang-orang yang mengotak atik ayat mutasyabih, dan 3)
Memberikan pemahaman abstrak ilahiah kepada manusia melalui pengalaman indrawi
yang biasa disaksikannya
B. saran
Demikianlah materi pembahasan yang paparkan pada
bab II, terkait tentang tema yang dibahas terkait Fawatih As-Swar. Besar
harapan makalah ini mampu memberikan
sumbangan untuk menambah khazanah keilmuan di bidang ilmu khususnya Ulumul al-Qur’an.
IMPLIKASI
DALAM KEHIDUPAN SEHARI – HARI
Dengan
mempelajari Fawatih As-swar diharapkan mampu menambah keyakinan kepada
Allah dan menjadi muhasabah diri betapa dangkalnya pengetahuan manusia
dibandingkan ilmunya Allah swt. Sehingga menambah kesadaran sebagai manusia
bahwa kemampuan kita terbatas untuk
mengungkap makna ayat-ayat mutasyabih tersebut.
Dengan
demikian kita berharap terhindar dari sikap jumawa, angkuh dan sombong atas akal dan pengetahuan yang diberikan oleh
Allah, karena segala sesuatu dalam hidup ini adalah titipan yang akan
dipertanggung jawabkan kelak.
Mempelajari
Fawatih as - swar diharapkan juga mampu mendekatkan diri kepada Allah SWT,
dengan cara mentadaburi ayat-ayat mutasyabih tersebut sehingga kita akan selalu
mengingat allah dalam kehidupan sehari- hari.
DAFTAR PUSTAKA
Acep Hermawan, Ulumul Quran.Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2013.
Abu Anwar, Ulumul Qur’an.Jakarta:
Amzah, 2015.
Badruddin al-Zarkasyi, Al-Burhan fi ‘Ulum Al-Qur'an. Beirut:
Dar al-a’rifah li al-Tiba’ah wa al-Nasyr, 1972.
Muchotob
Hamzah, Studi Al-Qur’an Komprehensif.Yogyakarta: Gama Media, 2003.
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah
jilid 1.Ciputat: Lentera hati, 2000.
Kadari M Yusuf, Studi Al-Quran.Jakarta:
Hamzah, 2014.
Subhi As-Shalih, Ilmu-ilmu Al-Qur’an.Jakarta: Pustaka Firdaus,
2004.
Teungku M. Hasbi Ash-Shiddiqy, Ilmu-Ilmu
Al-Qur’an.Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2009.
-------------, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an media –media pokok dalam menafsirkan
Al-Qur’an , Jakarta: PT
Bulan Bintang, 1993.
[2]Pengertian Mutasyabihat adalah ayat-ayat yang bersifat mujmal
(gelobal), yang mu’awal (memerlukan takwil) dan musykil (sukar
dipahami).
[4]Badruddin
al-Zarkasyi, Al-Burhan fi ‘Ulum Al-Qur'an, (Beirut: Dar al-Ma’rifah li
al-Tiba’ah wa al-Nasyr, 1972), h. 166
[6]بدرالدين محمد بن عبدالله الزركش ي,البرهان في علوم القرن
(القاهرة:مكتبة دار التر اث,2008), رقم.193-209.
[8] Jumlah Ismiyah
adalah setiap kalimat yang tersusun dari mubtadak dan khabar, atau kalimat yang
diawali dengan kata benda ataupun nama. Sedangkan jumlah fi’liyah adalah
kalimat yang dimulai dan diawali dengan predikat baik predikat masa
sekarang,sedang ataupun akan datang.
[10]Lihat di buku karangan Teungku M. Hasbi Ash-Shiddiqy, Ilmu-Ilmu
Al-Qur’an (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2009), h.115.
[11]Lihat di buku karangan Subhi As-Shalih, Ilmu-ilmu Al-Qur’an (Jakarta:
Pustaka Firdaus, 2004), h.332
[12]Lihat di buku karangan Teungku M. Hasbi Ash-Shiddiqy, Ilmu-Ilmu
Al-Qur’an media-media pokok dalama penafsiran Al-Qur’an (Jakarta: PT Bulan
Bintang,1993), h.124.
[15]Teungku M. Hasbi Ash-Shiddiqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, h.116.
[16]Abu Anwar, Ulumul Qur’an, h. 92.
[17]Subhi As-Shalih, Ilmu-ilmu Al-Qur’an, h. 333.
[18]Abu Anwar, Ulumul Qur’an, h.94.
[20]Subhi As-Shalih, Ilmu-ilmu Al-Qur’an, h. 336-337.
[22]Tengku Muhammad
Hasbi Ash shiddeqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an media –media pokok dalam menafsirkan
Al-Qur’an (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1993), h. 128.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar