VARIABEL PENELITIAN DAN
PERUMUSAN HIPOTESIS DALAM PENELITIAN KUANTITATIF
KATA PENGENTAR
Segala puji hanya milik Allah Swt, yang telah memberikan kesehatan dan
kekuatan sehingga karya ini mampu jadi dan sempuena, seawat dan serta salam kita
haturkan kepada Nabi Muhammad Saw, berserta keluarga dan para sahabatnya dan
pengikutnya hinggan hari kiamat.
Makalah ini dibuat berdasarkan satuan acara perkuliah (SAP) di mata kuliah
ilmu Metodologi Penelitian, Di jurusan Ekonomi Syariah Pascasarjana
IAIN Mataram. ini dibuat sebagai setandar sekaligus sebagai persyaratan untuk mengikuti
mata kuliah tersebut. Makalah yang berjudul Variabel Penelitian Dan Perumusan Hipotesis Dalam
Penelitian Kuantitatif mencoba untuk mengkaji secara jelas bagimana makna definisi
hingga contoh dalam penelitian.
Meski makalah ini disusun hanya mengunakan beberapa refrensi, namun isi
dari makalah ini mudahan dapat menjadi pendukung dalam menambah kahazanah ilmu kita hususnya dibidang Metodologi
Penelitian, kemudian adapun kekurangan
yang ada di dalam makalah ini agar mohon dimaafkan, singkatnya materi
yang berkitan tentang Variabel
Penelitian Dan Perumusan Hipotesis Dalam Penelitian Kuantitatif akan dijelaskan pada halam berikutnya.
Mataram, 20 Desember 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................... 3
A.
Menentukan Variabel................................................................. 3
1.
Pengertian Variabel............................................................. 3
2.
Macam-macam variabel....................................................... 4
3.
Variabel dan data................................................................ 6
4.
Variabel sebagai objek penelitian........................................ 6
5.
Pentingnya Variabel dalam penelitian................................. 7
B.
Merumuskan Hipotesis............................................................... 8
1.
Pengertian Hipotesis........................................................... 8
2.
Ciri-ciri hipotesis................................................................. 12
3.
Jenis-jenis Hipotesis............................................................ 14
4.
Cara menguji Hipotesis....................................................... 17
5.
Penelitian Tanpa Hipotesis.................................................. 19
6. Contoh hipotesis dalam penelitian...................................... 20
BAB III PENUTUP.............................................................................. 22
A. Kesimpulan.................................................................................. 22
B. Saran............................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam penelitian
ilmiah isu yang sangat penting dalam sebuah penelitian adalah variabel,
variabel penelitian merupakan kegiatan menguji hipotesis yaitu menguji
kecocokan antara teori dan fakta emperis di dunia nyata. Hubungan nyata ini
sangat lazim dibaca dan dipaparkan dengan memperhatikan variabel itu. Hingga
melihat pada sifat variabel itu.
Setelah kita mengetahui
jenis-jenis variabel dalam sebuah penelitian maka yang menjadi sorotan penting
dan menetapkan hubungan antar variabel melalui pemikiran logis dalam kerangka
pemikiran teoris. Selanjutnya apakah hubungan teori dapat diuji dan terbukti
kebenarnya maka kita dapat memperoleh informasi terpercaya mengenai jenis
hubungan yang ada diantara variabel yang berlaku dalam situasi masalah.
Dengan demikian
begitu pentingnya masalah tersebut dalam penelitian maka, pada bab selanjutnya
akan dibahan secara rinci terkait masalah variabel dan cara merumuskan
hipotesis dalam penelitian. Mudah-mudahan materi yang dibahas pada halaman
berikutnya dapat memberikan manfaat untuk memperluas ilmu dibidang studi
metodologi penelitian.
B.
Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi
bahan kajian yang akan dikaji dalam halaman berikutnya adalah terkait dengan:
1.
Menentukan variabel dalam sebuah penelitian kuantitatif
2.
Cara merumuskan hipotesis dalam sebuah penelitian
kuantitatif
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Menentukan Variabel
1.
Pengertian Variabel
Istilah
veriabel merupakan istilah yang tidak pernah ketinggalan dalam setiap jenis
penelitian, F.N Kelinger menyebut variable sebegai sebuah konsep seperti halnya
laki-laki dalam konsep jenis kelamin, insaf dalam konsep kesadaran.[1]
Sutrisno Hadi
mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi misalnya jenis kelamin,
karna jenis kelamin memiliki variasi: laki-laki–perempuan berat badan, karna
ada berat badan 40 kg dan sebagainya. Gejala adalah objek penelitian, sehingga
variabel adalah objek penelitian yang bervariasi.[2]
2.
Macam-Macam Variabel
Variabel dapat
dibedakan atas yang dasar kualitatif dan kuantitatif contoh variabel
kuantitatif misalnya luas kota, umur, banyaknya jam dalam sehari, dan
sebaginya. Contoh variabel kualitatif misalanya kemakmuran kepandaian.
Lebih lanjut
variabel kuantitatif dikelasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu variabel
diskrit dan variabel kuantitum (discrate
and continous).[3]
1.
Variabel Diskrit
Variabel ini
disebut juga variabel nominal dan variabel katagorik karna hanya dapat
dikatagorikan atas dua kutub yang berlawanan yaitu: ‘’ya’’ dan ‘’tidak’’
misalnya wanita atau dalam kata lain ‘’ wanita-pria’’, ‘’hadir-tidak hadir,
‘’bawah-atas’’. Angka-angka yang digunakan dalam variabel diskrit ini untuk
menghitungm yaitu banyaknya peria, banyaknya yang hadir dan sebaginya. Maka
orang dinyatakan dalam frekuansi.
2.
Variabel Kontimum
1)
Variabel Ordinal, yaitu variabel yang menunjukkan tingkat
misalanya, panjang, kurang panjang dan pendek. Untuk sebuatan lain adalah
variabel ‘’lebih kurang’’ karna yang satu mempunyai kelebihan dibandingkan yang
lain. Contohnya Anita terpandai, Siti pandai, Nono tidak pandai.
2)
Variabel Interval, yaitu variabel yang mempunyai jarak
jika dibandingkan dengan variabel lain, sedangkan jarak itu sendiri dapat
diketahui dengan pasti. Contoh suhu udara diluar 31oC , suhu tubuh
kita 37oC maka selisih suhu adalah 6oC.
3)
Variabel Ratio, yaitu variabel perbandingan, variabel ini
dalam hubungan antara sesamanya merupakan’’sekian kali’’. Contoh berat badan
Pak Karto 70 kg sedangkan anaknya 35 kg. maka pak Karto beratnya dua kali berat
anaknya.
Sementara
di dalam yang ditulis oleh Julyansah Noor (2013) mengklasifikasikan variable
manjadi empat katagori yaitu:[4]
a. Variabel Bebas (Independence Variabel merupakan sebab
yang diperkirakan dari beberapa perubahan dalam variable terikat (Robbins,
2009,23) biasanya dinotasikan dengan symbol X.
b. Variabel Terikat (Dependen Variabel) merupakan factor
utama yang ingin dijelaskan atau diprediksi dan dipengaruhi oleh factor lain,
biasanya disimbolkan dengan Y.
c. Variabel Moderator
(Moderator Variabel) adalah variable
yang yang mempunyai pengaruh ketergantungan yang kuat dengan hubungan dengan
variable terikat dan variable bebas yaitu kehadiran variable ketiga(Moderator Variabel).
d. Variabel Antara (Intervening variable) merupakan variable
yang menghubungkan antara variable bebas dan terikat yang dapat memperkuat dan
memperlemah hubungan namun tidak dapat diamati dan diukur.
3.
Variabel dan Data
Data adalah hasil
pencatatan penelitian, baik yang berupa fakta dan angka. Dari SK Menteri P dan
K No.0259/U/1977 tanggal 11 Juli 1977 disebutkan bahwa data adalah segala fakta
dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi, Sedangkan
informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu keperluan.[5]
Sesuai dengan macam
atau jenis variabel maka data atau hasil pencatatannya juga memiliki jenis sebanyak variabelnya. Dengan
demikian maka.
1)
Data dari variabel dikrit disebut data diskrit berupa
frekuensi
2)
Data dari variabel kuantinum disebut data kuantinum
beruapa tingkatan berjarak atau ukuran.
Bagai penelitian
yang menginginkan pengolahan data dengan metode statistik, maka datanya harus
berupa data kuantitatif, yaitu beruapa angka-angka.
Contoh:
Apabila
datanya menggunakan data kualitatif, misalnya: sangat bagus, bagus, cukup,
jelek dan jelek sekali, maka data tersebut diberikan simbol angka mislanya:
sangat bagus 5, bagus 4, cukup 3, jelek 2 dan jelek sekali 1. Tetapi iangat
5,4,3,2,1 hanya symbol yang menunjukkan untuk tingkatan karna datanya berupa
data ordinal.
3.
Variabel sebagai Objek Penelitian
Apabila seorang
peneliti ingin menyelidiki apakah benar bahwa susu menyebebkan badan menjadi
gemuk, makanya yang menjadi objek penelitian nya adalah susu dan berat badan
orang, maka susu dan berat badan orang
merupakan variabel penelitian.
Dalam penelitian
seperti ini, sebaiknya peneliti menggunakan pendekatan ekperimen. Kelompok
ekperimen adalah orang-orang yang minum susu, sedangkan kelompok control atau
kelompok pembanding adalah orang-orang tidak diberikan minum susu. Banyaknya
susu yang diberika kekelompok ekperimen diukur dengan ukuran liter, maka
variabelnya berbentuk variabel kontinum, sedangkan tambah dan tidaknya berat
badan diukur dengan ukuran kilogram, variabelnya juga variabel kuantinum
(ratio).
4.
Pentingnya Memahami Variabel
Memahami variabel
dan kemempuan menganalisis atau mengidetifikasikan setiap variabel menjadi
variabel yang lebih kecil (sub variabel) merupakan syarat mutlak bagai setiap
peneliti, memang mengidetifikasikan variabel dan sub-variabel tidak mudah,
karnanya membutuhkan kejelian dan kelincahan berpikir pelakunya.
Macam-macam
variabel menjadi sub-variabel ini juga disebut katagorisasi, yaitu memecah
variabel menjadi kategori-katagori data yang harus dikumpulkan oleh peneliti.
Katagori-katagori dapat diartikan sebagai indicator variabel. Dalam contoh
kesadaran bermasyarakat, jika akan mengukur apakah seorang cukup besar atau
tidak kesadaran bermasyarakat, maka perlu dicarai tanda-tandanya, indikatornya,
bukti-buktinya.
Katagori,
indicator, sub-variabel ini akan dijadikan pedoman dalam merumusakan hipotesis
minor, menyusun instrument mengupulkan data dana kelanjutan langkah peleniati
yang lain. Sedikitnya sub-judul atau katagori akan menghasilkan kesimpulan yang
besar (jika variabelnya terlalu luas) dan sempit (jika varaiabelnya sedikit
tapi kecil-kecil).
Ada kalanya
peneliti memeilih sedikit tapi variabel tetapi besar-besar ini berarti bahwa
peneliti menghendaki data kasar. Tentu saja semakin terperinci
mengatagorisasikan variabel, datanya semakin luas dan gambaran hasil penelitian
semakin menjadi teliti.
B. Merumuskan Hipotesis
1. Pngertian Hipotesis
Setelah peneliti mengadakan
penelaahan yang mendalam terhadap berbagai sumber untuk menentukan anggapan
dasar, maka langkah berikutnya adalah merumuskan hipotesis.
Agar lebih mudah dipahami pengertian
ini, perlu dikutipkan pendapat prof. Sutrisno hadi MA, tentang pemecahan
masalah. seringkali peneliti tidak dapat memecahkan permasalahanya hanya dengan
sekali jalan. permasalahan itu akan diselesaikan segi demi segi dengan cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk tiap-tiap segi, dan mencari jawabanya
melalui penelitian yang dilakukan.
jawaban terhadap permasalahan ini dibedakan
atas 2 hal sesuai dengan taraf pencapaianya yaitu:
a. jawaban
permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf teoretik, dicapai melalui
membaca.
b. jawaban permasalahan
yang berupa kebenaran pada taraf praktik, dicapai setelah penelitian selesai, yaitu
setelah pengolahan terhadap data.
Sehubungan dengan pembatasan pengertian
tersebut maka hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersipat sementara
terhadap permasalahan penelitian,sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
Dari arti katanya, hipotesis memang
berasal dari 2 pangkalan kata, “hypo” yang artinya ‘’di bawah” dan “thesa” yang artinya “kebenaran”.jadi
hipotesis yang kemudian cara menulisnya disesuaikan dengan ejaan bahasa
indonesia menjadi hipotesa, dan berkembang menjadi hipotesis.
a.
Trelease (1960)
hipotesis adalah ‘’suatu keterangan sementara dari suatu fakta yang diamati.
b.
Good dan
Scates (1954) hipotesis adalah sebuah taksiran atau refrensi yang
dirumuskan serta diterima untuk sementara dapat menerangkan fakta-fakta yang
diamati sebagai petunjuk untuk langkah-langkah penelitian selanjutnya.
c.
Kerlinger (1973) hipotesis adalah pernyataan yang bersifat
tekanan dari hubungan antara dua variabel atau lebih.
Apabila peneliti telah mendalami
permasalahan penelitianya dengan seksama
serta menetapkan anggaran dasar, maka lalu membuat suatu teori sementara, yang
kebenaranya masih perlu diuji (di bawah kebenaran). inilah hipotesis peneliti
harus berfikir bahwa hipotesisnya itu
dapat diuji. peneliti selanjutnya peneliti akan bekerja berdasarkan hipotesis
ini. peneliti mengumpulkan data-data yang paling berguna untuk membuktikan
hipotesis. berdasarkan data yang terkumpul, peneliti akan mengujiapakah
hipotesis yang dirumuskandapat naik status menjadi tesa, atau sebaliknya
tumbang sebagai hipotesis,apabila ternyata tidak terbukti.
Hal yang sangat perlu diperhatikan oleh
peneliti adalah bahwa ia tida boleh mempunyai keinginan kuat agar hipotesisnya
terbukti dengan cara mengumpulkan data yang hanya bisa memantu memenuhi
keinginanya,atau memanipulasi data sedemikian rupa sehingga mengarah
keterbuktian hipotesis. penelitian harus bersikap objektif terdapat data yang terkumpul.
Terhadap hipotesis yang sudah dirumuskan peneliti dapat bersikap 2 hal:
a. menerima keputusan
seperti adanya seandainya hipotesisnya tidak terbukti (pada akhir penelitian).
b. mengganti hipotesis
seandainya melihat tanda-tanda bahwa data yang terkumpul tidak mendukung terbuktinya hipotesis (pada
saat penelitian berlangsung).
Apabila peneliti mengambil hak kedua, maka
didalam laporan penelitian harus dituliskan proses penggantian ini. Dengan
demikian peneliti telah bertindak jujur dan tegas, sesuatu yang memang sangat
diharapkan dari seorang peneliti.
Bagaimana mengetahui kedudukan suatu
hipotisis?
a. perlu diuji apakah
ada data yang menunjuk hubungan antara variabel penyebab dan variabel akibat ?
b. adanya data yang
menunjukkan bahwa akibat yang ada, memang ditimbulkan oleh penyebab itu.
c. Adanya data yang
menunjukkan bahwa tidak ada penyebab lain yang bisa menimbulkan akibat
tersebut.
Apabila ketiga hal tersebut dapat
dibuktikan,maka hipotesis yang dirumuskan mempunyai kedudukan yang kuat dalam
penelitian. Walaupun hipotesis ini sangat penting sebagai pedoman kerja dalam
penelitian,namun tidak slalu semua penelitian harus berorientasikan hipotesis.
Jenis penelitian eksploratif, survei, atau kasus, Tujuan penelitian jenis ini
bukan untuk menguji hipotesis tetapi mempelajari tentang gejala-gejala sebanyak
banyaknya.
Sehubungan dengan hal ini G.E.R.
Brurrough mengatakan bahwa penelitian berhipotesis (penelitian hipotesis)
penting dildkukan bagi:
a. penelitian
menghitung banyaknya sesuatu (magnitude)
b. penelitian tentang
perbedaan (differencies)
c. penelitian hubungan
(relantionship)
Ahli lain yaitu Deobold Van Dalen
mengutarakan adanya 3 bentuk inter
relationship studies.Yang
termasuk penelitian hipotesis yaitu:
a.
Ase Studies
b. Causal comparative studies.
c. Is dirumuskan
2. Ciri-Ciri Hipotesis
Hipotesis yang baik memiliki keriteria
dan ciri-ciri sehingga layak dinamakan sebagai penelitian yang baik, dinatara
diri dari hipotesis tersebut adalah:[6]
a. Hipotesis harus
menyatakan hubungan
Ini berarti bahwa hipotesis mengandung
dua atau lebih variabel-variabel yang dapat diukur atau potensial dapat diukur.
Hipotesis mensefesifikasikan bagaimana variabel-variabel tersebut berhubungan,
hipotesis yang tidak memiliki ciri ini sama sekali bukan hipotesis dalam
pengertian metode ilmiyah.
b. Hipotesis harus
sesuai dengan fakta
Artinya hipotesis harus terang.
Kandungan konsep dan variabel harus jelas. hipotesis harus dapat dimengerti dan
tidak mengandung hal-hal yang menafisik, sesui dengan fakta.
c. Hipotesis dapat
diuji
Hipotesis ini dapat diuji baik dengan
nalar dan kekuatan pemberi alasan atau
dengan mengunakan alat-alat statistic, alasan yang diberikan biasanya bersifat
deduktif. Sehubungan dengan ini maka supaya dapat diuji hipotesis harus spesifik.
d. Hipotesis harus
sederhana
Hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk
yang sederhana dan terbatas untuk mengurangi timbulnya kesalahpahaman
pengertian. Semakin spesifik atau khas sebuah hipotesis dirumuskan. Semakin
kecil pula kemungkinan terdapat salah pengertian dan semakin kecil pula
kemungkinan memasukkan hal yang tidak relevan ke dalam hipotesis.[7]
e. Hipotesis harus
bisa menerangkan fakta
Hipotesis juga harus dinyatakan dalam
bentuk yang dapat menerangkan hubungan fakta-fakta yang ada dan dapat dikaitkan
dengan think pengujian yang dapat dikuasai. Hipotesis harus dirumuskan sesui
dengan kemampuan teknologi serta keterampilan penguji dari si peneliti.
Seorang
ahli bernama Borgh yang dibantu oleh temanya Gall (1979:61) mengajukan adanya
persyaratan untuk hipotesis sebagai berikut:
a.
Hipotesis harus dirumuskan dengan singkat tetapi jelas.
b.
Hipotesis harus dengan nyata menunjukkan adanya hubungan
antara dua atau lebih variabel.
c.
Hipotesis harus didukung oleh teori-teori yang
dikemukakan oleh para ahli atau hasil penelitian yang relevan.[8]
3. Jenis-Jenis Hipotesis
Pada umumnya hipotes dirumuskan untuk menggambarkan
hubungan dua variabel akibat. Namun demikiam, ada hipotesis yang menggambarkan
perbandingan satu variabel dari dua sampel, misalnya membandingkan perasaan
takut antara penduduk tepi pantai dan penduduk pegunungan terhadap gelombang
laut.
Hipotes is merupakan suatu pernyataan
yang penting kedudukanya dalam penelitian. Oleh karena itulah maka dari
peneliti dituntut kemampuanya untuk dapat merumuskan hipotesis ini dengan
jelas.
Ada beberapa jenis hipotesis yang digunakan dalam
penelitian dan tergantung dari pendekatan kita dalam membaginya. Hipotesis
dapat dibagai sebagai berikut:
a. Hipotesis hubungan
dan perbedaan
Hipotesis dapat kita bagi dengan
melihat apakah pernyataan menyatakan sementara yang diberikan adalah hubungan
ataukah perbedaan. Hipotesis tentang hubungan adalah pernyataan rekan yang
menyatakan tentang saling berhubungan antar dua variabel atau lebihm yang mendasari
tehnik korelasi ataupun regresi. Sebaliknya hipotesis yang menyatakan adanya
ketidak samaan antar variabel tertentu disebabkan oleh adanya pengaruh pariabel
yang berbeda-beda.
b. Hipotesis kerja dan
hipotesis nol
1) Hipoesis kerja, atau
disebut dengan hipotesis alternatif, disingkat Ha. Hipotesis kerja menyatakan
adanya hubungan antara variabel X dan Y , atau adanya dua kelompok.
Tabel 1.1
Rumusan hipotesis
kerja:
jika............maka.........
|
Ada perbedaan
antara dan….
|
Ada pengaruh ... terhadap…..
|
Contoh:
o
Jika orang banyak makan, maka berat badanya akan naik
|
Contoh:
o
Ada perbedaan antara penduduk kota dan penduduk desa dalam cara
berpakaian.
|
Contoh:
o
Ada pengaruh mak-anan terhadap berat badan.
|
2) Hipotesis nol (null hypotheses) disingkat Ho.
Hipotesis
nol sering juga disebut hipotesis statistik
,karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik,yaitu diuji
dengan perhitungan statistik.
` Hipotesis nol menyatakan tidak adanya perbedaan antara
dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Pemberian
nama ”hipotesis nol” atau ”hipotesis nihil” dapat dimengerti dengan mudah
karena tidak ada perbedaan antara dua variabel.
Dengan
kata lain, selisih variabel kedua adalah nol atau nihil.
Tabel 1.2
Rumus hipotsis nol:
o
Tidak ada perbedaan antara ..........dengan.........
contoh:
Tidak ada perbedaan antara mahasis tingkat 1 dan
mah-asiswa tingkat II dalam disiplin kuliah.
|
o
Tidak ada pengaruh........... terhadap ........................
contoh:
Tidak ada pengaruh jarak dari rumah ke sekolah terhadap
kerajinan mengi-kuti kuliah.
|
Dalam pembuktian, hipotesis alternatip
(Ha) diubah menjadi Ho,agar peneliti tidak mempunyai prasangka. Jadi, peneliti
diharapkan jujur, tidak terpengaruh pernyataan Ha. Kemudian dikembangkan lagi
ke Ha pada rumusan akhir pengetesan hipotesis.
c. Hipotesis tentang
ideal dan Common sense (akal sehat)
1) Hipotesis acap
sekali menyatakan tekanan tentang dalil dan pemikiran bersahaja dan Common
sense (akal sehat). Hipotesis ini biasanya menyatakan hubungan keseragaman
kegiatan terapan.
Contoh:
Hipotesis sederhana tentang produksi dan
setatus kepemilikan tanah, hipotesis tentang tenaga kerja dan luas garapan, dan
sebaginya.
2) Hipotesis yang
menyatakan hubungan yang komplek dinamakan hipotesis jenis ideal. Hipotesis ini
bertujuan untuk menguji adanya hubungan logis antara keseragaman-keseragaman
pengamalan imperis hipotesis ideal adalah peningkatan dari hipotesis analitis.
3.
Cara menguji hipotesis
Apabila
peneliti telah mengumpulkan data dan mengolah data, bahan pengujian hipotesis
tentu akan sampai kepada suatu kesimpulan menerima atau menolak hipotesis
tersebut.
Di dalam
menentukan penerimaan hipotesis maka
hipotesis alternative (Ha) diubah menjadi hipotesis nol (Ho), untuk kepastian
ini dicontohkan penerapan pada sebuah populasi berdistribusi normal, yang dibandingkan
dengan grafik seperti dibawah.
Dengan asumsi
bahwa populasi tergambar dalam kurva nominal. Maka jika kita menentukan taraf
kepercayaan 95 % dengan percobaan 2 ekor maka akan mendapatkan dua daerah
keritik, yaitu ekor kanan dan ekor kiri kurva masing-masing 2½
% penjelasan mengenai masalah ini lebih
lanjut akan diberikan pada langkah menarik kesimpulan.
daerah kritik 2 ½ % Daerah
penerimaan Ho 95 % daerah kritik 2 ½ %
0
Daerah keritik
merupakan daerah penolakan hipotesis (hipotesis nihil) disebut daerah
siknifikasi. Sebaliknya daerah yang terletak diantara dua daerah kritis, yaitu:
berwarna dinamakan daerah penerimaan
hipotesis atau daerah non-signifikasi.
Apabila kita
mencoba nilai Z-skor, dari N-120 dan dari perhitungan Z-skor dengan rumus:
Z=
Misalnya 1,70,
maka letaknya pada kurva adalah sebagai berikut:
Daerah penerimaan Ho 95 %
1,70 1,96 %
4.
Penelitian Tanpa Hipotesis
Apakah semua penelitian harus berhipotesis? Untuk
memberikan jawaban atas pertanyaan ini kita tidak boleh berpikir pada hal yang
benar dan tidak benar secara mutlak. Ada dua alternative jawaban dari
masing-masing mendasarkan diri pada argumentasi yang kuat.
Pendapat pertama mengatakan semua
penelitian pasti berhipotesis. Semua penelitian diharapkan menentukan jawaban
sementara, yang diuji berdasaekan data yang diperoleh. Hipotesis harus ada
karna jawaban peneliti juga harus ada, dan butir-butirnya sudah disebut dalam
problematika maupun tujuan penelitian.
Pendapat kedua mengatakan
hipotesis dibuat hanya jika yang dipermasalahkan menunjukkan hubungan antara
dua variabel atau lebih. Jawaban untuk satu variabel yang sifatnya deskriptif,
tidak perlu berhipotesis, penelitian ekploratif yang jawabanya masih dicari dan
sukar diduga, tentu sukar ditebak apa saja, atau bahkan tidak mungkin
berhipotesis.
Berdasarkan pendapat kedua mungkin
sekali didalam sebuah penelitian banyak hipotesis tidak sama dengan banyaknya
problematika dan tujuan peneliti. Mugkin poblematika unsur 1 dan 2 yang
sifatnya diskriptif tidak diikuti dengan hipotesis tetapi problematika nomor 3
dihipotesis.
Contoh:
Hubungan antara motivasi
berprestasi dengan etos kerja para kariawan kantor bank A
Problematika 1:
Seberapa tinggi motivasi berprestasi
karyawan kantor ban A? (tidak berhipotesis.
Problematika 2.
Seberapa tinggi etos kerja
karyawan kantor bank A? (tidak berhipotesis)
Problematika 3.
Apakah ada dan seberapa tinggi
hubungan antara motivasi berprestasi dengan etos kerja karyawan bank A?
Hipotesis.
Ada hubungan yang tinggi
hubungan dengan motivasi berprestasi dengan karyawan kantor bank A.
5.
Contoh hipotesis dalam penelitian
Dibawah ini diberikan beberapa contoh rumusan hipotesis serta hubungannya
dengan judul penelitian dan tujuan penelitian.
Judul Penelitian
|
Tujuan Penelitian
|
Hipotesis
|
Peningkatan
usaha kerajinan genteng dalam rangka peny-erapan tenaga kerja dan pen-ambahan
pendapatan kel-uarga tani di Desa Aikmel Utara, Kecamatan Aikmel Kabupaten
Lombok Timur.
|
1)
Memperoleh gambaran sampai seberapa jauh penganguran musiman dapat
diserap oleh ke-rajinan genteng.
2)
Mengetahui besarnya su-mbangan usaha keraji-nan genteng terhadap
pe-ndapatan total usaha tani.
3)
Mengetahui apakah usa-ha kerajinan genting me-miliki hubungan yang
bersifak kompalemnter ataukah subtitusi ter-hadap usaha tani padi dalam hal
alokasi pen-curahan jam tenaga kerja,
|
1)
Usaha kerajinan ge-nteng dapat menyerap tenaga kerja dan me-ningkatkan
pendapatan total keluarga petani lebih besar dari pada sifatnya sekarang.
2)
Alokasi pencurahan jam kerja di sector usaha tani padi tanpa genteng
masing-ma-sing diperkecil un-tuk dialihkan ke usaha kerajinan genteng.
|
Perbandingan
biaya dan pen-erimaan antara pemeliharaan sapi potong secara ekstensif dan
pemeliharaan dan sapi potong secara int-ensif di kota Mataram Pro-vinsi NTB
|
1)
Mengetahui gross mar-gin
(keuantungan kotor) ternak yang diperoleh peternak dengan cara
pemeliharaan secara ekt-ensif dan pem-eliharaan intensif.
2)
Mengetahui pendapat bersih (netform
income) usaha ternak dari kedua cara tersebut.
|
1)
Gross margin per ekor
yang diperoleh dari pemeliharaan secara ektensif lebih besar daripada yang
dip-eroleh dari peme-lih-araan intensif.
2)
Pendapat bersih yang diperoleh dari pem-eliharaan secara int-ensif lebih
besar dari pada yang diperoleh dari usaha peme-lih-araan ekstensif.
|
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Variabel adalah gejala yang bervariasi, yang menjadi
objek penelitian variabel dibedakan atas kuantitatif dan kualitatif, variabel
kuantitatif dikelasifikasikan atas:
a. Variabel diskrit
b. Variabel kuantinum
(ordinal, interval dan ratio)
Pemisahan ini sangat penting untuk
mengetahui tehnik analisis datanya karna jenis variabel akan menentukan jenis
datanya.
2.
Ada 2 macam hipotesis yaitu hipotesis kerja yang juga
disebut dengan hipotesis alternative (Ha) dan hipotesis nol (Ho) (hipotesis
nihil) yang juga disebut hipotesis satatistik, sehubungan dengan perumusan
hipotesis maka ada 2 keliruan yang kita buat, menolak hipotesis yang seharusnya
diterimadan menerima hipotesis yang seharusnya ditolak.
B.
Saran-Saran
Demikianlah
makalah disusun agar mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita dan sebagai media
untuk menambah khajanah keilmuan kita lebih lanjut terkait materi yang dibahas
dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Cholid
Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi
Penelitian, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012.
Juliansyah
Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi,
Tesis, Disertasi Dan Karya Ilmiyah Lainya. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2013.
Nazir,
Metodologi Penelitian. Bogor: Ghalia
Indonesia, 2011.
Suharsimi
Arikunto, Proses Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2006.
Sutrisno
Hadi, Metodologi Penelitian I,
Yogyakarta: Yasbit Fakultas Pisikologi, UGM, 1984.
Winarto
Surachmad, Metode Penelitian Ilmiah,
Bandung: Tarsito,1982.
[1] Suharsimi Arikunto, Proses Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta:
PT Asdi Mahasatya, 2006), h.115-126.
[2]
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian:
Skripsi, Tesis, Disertasi Dan Karya Ilmiyah Lainya (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2013). H.79.
[4]
Julyansah Noor, Metodologi penelitian, h.51.
[6]
Nazir, Metodologi Penelitian (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2011), h, 150.
[7]
Cholid Narbuko dan Abu
Achmadi, Metodologi Penelitian (Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2012), h. 145.