Minggu, 08 Januari 2017


VARIABEL PENELITIAN DAN PERUMUSAN HIPOTESIS DALAM PENELITIAN KUANTITATIF



KATA PENGENTAR
Segala puji hanya milik Allah Swt, yang telah memberikan kesehatan dan kekuatan sehingga karya ini mampu jadi dan sempuena, seawat dan serta salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad Saw, berserta keluarga dan para sahabatnya dan pengikutnya hinggan hari kiamat.
Makalah ini dibuat berdasarkan satuan acara perkuliah (SAP) di mata kuliah ilmu Metodologi Penelitian, Di jurusan Ekonomi Syariah Pascasarjana IAIN Mataram. ini dibuat sebagai setandar sekaligus sebagai persyaratan untuk mengikuti mata kuliah tersebut. Makalah yang berjudul Variabel Penelitian Dan Perumusan Hipotesis Dalam Penelitian Kuantitatif mencoba untuk mengkaji secara jelas bagimana makna definisi hingga contoh dalam penelitian.
Meski makalah ini disusun hanya mengunakan beberapa refrensi, namun isi dari makalah ini mudahan dapat menjadi pendukung dalam menambah kahazanah ilmu kita hususnya dibidang Metodologi Penelitian, kemudian adapun kekurangan  yang ada di dalam makalah ini agar mohon dimaafkan, singkatnya materi yang berkitan tentang Variabel Penelitian Dan Perumusan Hipotesis Dalam Penelitian Kuantitatif akan dijelaskan pada halam berikutnya.
Mataram, 20 Desember 2016
                                                                                    Penyusun
DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR.........................................................................        i
DAFTAR ISI.........................................................................................        ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................        1
A.    Latar Belakang............................................................................        1
B.     Rumusan Masalah.......................................................................        2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................        3
A.    Menentukan Variabel.................................................................        3
1.      Pengertian Variabel.............................................................        3
2.      Macam-macam variabel.......................................................        4
3.      Variabel dan data................................................................        6
4.      Variabel sebagai objek penelitian........................................        6
5.      Pentingnya Variabel dalam penelitian.................................        7
B.     Merumuskan Hipotesis...............................................................        8
1.      Pengertian Hipotesis...........................................................        8
2.      Ciri-ciri hipotesis.................................................................        12
3.      Jenis-jenis Hipotesis............................................................        14
4.      Cara menguji Hipotesis.......................................................        17
5.      Penelitian Tanpa Hipotesis..................................................        19
6.      Contoh hipotesis dalam penelitian......................................        20

BAB III PENUTUP..............................................................................        22
A.    Kesimpulan..................................................................................        22
B.     Saran............................................................................................        22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................        23





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam penelitian ilmiah isu yang sangat penting dalam sebuah penelitian adalah variabel, variabel penelitian merupakan kegiatan menguji hipotesis yaitu menguji kecocokan antara teori dan fakta emperis di dunia nyata. Hubungan nyata ini sangat lazim dibaca dan dipaparkan dengan memperhatikan variabel itu. Hingga melihat pada sifat variabel itu.
Setelah kita mengetahui jenis-jenis variabel dalam sebuah penelitian maka yang menjadi sorotan penting dan menetapkan hubungan antar variabel melalui pemikiran logis dalam kerangka pemikiran teoris. Selanjutnya apakah hubungan teori dapat diuji dan terbukti kebenarnya maka kita dapat memperoleh informasi terpercaya mengenai jenis hubungan yang ada diantara variabel yang berlaku dalam situasi masalah.
Dengan demikian begitu pentingnya masalah tersebut dalam penelitian maka, pada bab selanjutnya akan dibahan secara rinci terkait masalah variabel dan cara merumuskan hipotesis dalam penelitian. Mudah-mudahan materi yang dibahas pada halaman berikutnya dapat memberikan manfaat untuk memperluas ilmu dibidang studi metodologi penelitian.


B.     Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi bahan kajian yang akan dikaji dalam halaman berikutnya adalah terkait dengan:
1.      Menentukan variabel dalam sebuah penelitian kuantitatif
2.      Cara merumuskan hipotesis dalam sebuah penelitian kuantitatif



















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Menentukan Variabel
1.      Pengertian Variabel
Istilah veriabel merupakan istilah yang tidak pernah ketinggalan dalam setiap jenis penelitian, F.N Kelinger menyebut variable sebegai sebuah konsep seperti halnya laki-laki dalam konsep jenis kelamin, insaf dalam konsep kesadaran.[1]
Sutrisno Hadi mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi misalnya jenis kelamin, karna jenis kelamin memiliki variasi: laki-laki–perempuan berat badan, karna ada berat badan 40 kg dan sebagainya. Gejala adalah objek penelitian, sehingga variabel adalah objek penelitian yang bervariasi.[2]
2.      Macam-Macam Variabel
Variabel dapat dibedakan atas yang dasar kualitatif dan kuantitatif contoh variabel kuantitatif misalnya luas kota, umur, banyaknya jam dalam sehari, dan sebaginya. Contoh variabel kualitatif misalanya kemakmuran kepandaian.
Lebih lanjut variabel kuantitatif dikelasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu variabel diskrit dan variabel kuantitum (discrate and continous).[3]
1.      Variabel Diskrit
Variabel ini disebut juga variabel nominal dan variabel katagorik karna hanya dapat dikatagorikan atas dua kutub yang berlawanan yaitu: ‘’ya’’ dan ‘’tidak’’ misalnya wanita atau dalam kata lain ‘’ wanita-pria’’, ‘’hadir-tidak hadir, ‘’bawah-atas’’. Angka-angka yang digunakan dalam variabel diskrit ini untuk menghitungm yaitu banyaknya peria, banyaknya yang hadir dan sebaginya. Maka orang dinyatakan dalam frekuansi.
2.      Variabel Kontimum
1)      Variabel Ordinal, yaitu variabel yang menunjukkan tingkat misalanya, panjang, kurang panjang dan pendek. Untuk sebuatan lain adalah variabel ‘’lebih kurang’’ karna yang satu mempunyai kelebihan dibandingkan yang lain. Contohnya Anita terpandai, Siti pandai, Nono tidak pandai.
2)      Variabel Interval, yaitu variabel yang mempunyai jarak jika dibandingkan dengan variabel lain, sedangkan jarak itu sendiri dapat diketahui dengan pasti. Contoh suhu udara diluar 31oC , suhu tubuh kita 37oC maka selisih suhu adalah 6oC.
3)      Variabel Ratio, yaitu variabel perbandingan, variabel ini dalam hubungan antara sesamanya merupakan’’sekian kali’’. Contoh berat badan Pak Karto 70 kg sedangkan anaknya 35 kg. maka pak Karto beratnya dua kali berat anaknya.
Sementara di dalam yang ditulis oleh Julyansah Noor (2013) mengklasifikasikan variable manjadi empat katagori yaitu:[4]
a.       Variabel Bebas (Independence Variabel merupakan sebab yang diperkirakan dari beberapa perubahan dalam variable terikat (Robbins, 2009,23) biasanya dinotasikan dengan symbol X.
b.      Variabel Terikat (Dependen Variabel) merupakan factor utama yang ingin dijelaskan atau diprediksi dan dipengaruhi oleh factor lain, biasanya disimbolkan dengan Y.
c.       Variabel Moderator (Moderator Variabel) adalah variable yang yang mempunyai pengaruh ketergantungan yang kuat dengan hubungan dengan variable terikat dan variable bebas yaitu kehadiran variable ketiga(Moderator Variabel).
d.      Variabel Antara (Intervening variable) merupakan variable yang menghubungkan antara variable bebas dan terikat yang dapat memperkuat dan memperlemah hubungan namun tidak dapat diamati dan diukur.
3.      Variabel dan Data
Data adalah hasil pencatatan penelitian, baik yang berupa fakta dan angka. Dari SK Menteri P dan K No.0259/U/1977 tanggal 11 Juli 1977 disebutkan bahwa data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi, Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu keperluan.[5]
Sesuai dengan macam atau jenis variabel maka data atau hasil pencatatannya juga  memiliki jenis sebanyak variabelnya. Dengan demikian maka.
1)      Data dari variabel dikrit disebut data diskrit berupa frekuensi
2)      Data dari variabel kuantinum disebut data kuantinum beruapa tingkatan berjarak atau ukuran.
Bagai penelitian yang menginginkan pengolahan data dengan metode statistik, maka datanya harus berupa data kuantitatif, yaitu beruapa angka-angka. 
Contoh:
  Apabila datanya menggunakan data kualitatif, misalnya: sangat bagus, bagus, cukup, jelek dan jelek sekali, maka data tersebut diberikan simbol angka mislanya: sangat bagus 5, bagus 4, cukup 3, jelek 2 dan jelek sekali 1. Tetapi iangat 5,4,3,2,1 hanya symbol yang menunjukkan untuk tingkatan karna datanya berupa data ordinal.
3.      Variabel sebagai Objek Penelitian
Apabila seorang peneliti ingin menyelidiki apakah benar bahwa susu menyebebkan badan menjadi gemuk, makanya yang menjadi objek penelitian nya adalah susu dan berat badan orang, maka susu dan berat badan orang  merupakan variabel penelitian.
Dalam penelitian seperti ini, sebaiknya peneliti menggunakan pendekatan ekperimen. Kelompok ekperimen adalah orang-orang yang minum susu, sedangkan kelompok control atau kelompok pembanding adalah orang-orang tidak diberikan minum susu. Banyaknya susu yang diberika kekelompok ekperimen diukur dengan ukuran liter, maka variabelnya berbentuk variabel kontinum, sedangkan tambah dan tidaknya berat badan diukur dengan ukuran kilogram, variabelnya juga variabel kuantinum (ratio).

4.      Pentingnya Memahami Variabel
Memahami variabel dan kemempuan menganalisis atau mengidetifikasikan setiap variabel menjadi variabel yang lebih kecil (sub variabel) merupakan syarat mutlak bagai setiap peneliti, memang mengidetifikasikan variabel dan sub-variabel tidak mudah, karnanya membutuhkan kejelian dan kelincahan berpikir pelakunya.
Macam-macam variabel menjadi sub-variabel ini juga disebut katagorisasi, yaitu memecah variabel menjadi kategori-katagori data yang harus dikumpulkan oleh peneliti. Katagori-katagori dapat diartikan sebagai indicator variabel. Dalam contoh kesadaran bermasyarakat, jika akan mengukur apakah seorang cukup besar atau tidak kesadaran bermasyarakat, maka perlu dicarai tanda-tandanya, indikatornya, bukti-buktinya.
Katagori, indicator, sub-variabel ini akan dijadikan pedoman dalam merumusakan hipotesis minor, menyusun instrument mengupulkan data dana kelanjutan langkah peleniati yang lain. Sedikitnya sub-judul atau katagori akan menghasilkan kesimpulan yang besar (jika variabelnya terlalu luas) dan sempit (jika varaiabelnya sedikit tapi kecil-kecil).
Ada kalanya peneliti memeilih sedikit tapi variabel tetapi besar-besar ini berarti bahwa peneliti menghendaki data kasar. Tentu saja semakin terperinci mengatagorisasikan variabel, datanya semakin luas dan gambaran hasil penelitian semakin menjadi teliti.
B.     Merumuskan Hipotesis
1.      Pngertian Hipotesis
          Setelah peneliti mengadakan penelaahan yang mendalam terhadap berbagai sumber untuk menentukan anggapan dasar, maka langkah berikutnya adalah merumuskan hipotesis.
          Agar lebih mudah dipahami pengertian ini, perlu dikutipkan pendapat prof. Sutrisno hadi MA, tentang pemecahan masalah. seringkali peneliti tidak dapat memecahkan permasalahanya hanya dengan sekali jalan. permasalahan itu akan diselesaikan segi demi segi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk tiap-tiap segi, dan mencari jawabanya melalui penelitian yang dilakukan.
           jawaban terhadap permasalahan ini dibedakan atas 2 hal sesuai dengan taraf pencapaianya yaitu:
a.       jawaban permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf teoretik, dicapai melalui membaca.
b.      jawaban permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf praktik, dicapai setelah penelitian selesai, yaitu setelah pengolahan terhadap data.
        Sehubungan dengan pembatasan pengertian tersebut maka hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersipat sementara terhadap permasalahan penelitian,sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
           Dari arti katanya, hipotesis memang berasal dari 2 pangkalan kata, “hypo”  yang artinya ‘’di bawah” dan “thesa” yang artinya “kebenaran”.jadi hipotesis yang kemudian cara menulisnya disesuaikan dengan ejaan bahasa indonesia menjadi hipotesa, dan berkembang menjadi hipotesis.
a.       Trelease (1960) hipotesis adalah ‘’suatu keterangan sementara dari suatu fakta yang diamati.
b.      Good dan Scates (1954) hipotesis adalah sebuah taksiran atau refrensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati sebagai petunjuk untuk langkah-langkah penelitian selanjutnya.
c.       Kerlinger (1973)  hipotesis adalah pernyataan yang bersifat tekanan dari hubungan antara dua variabel atau lebih.
        Apabila peneliti telah mendalami permasalahan penelitianya dengan  seksama serta menetapkan anggaran dasar, maka lalu membuat suatu teori sementara, yang kebenaranya masih perlu diuji (di bawah kebenaran). inilah hipotesis peneliti harus berfikir bahwa hipotesisnya  itu dapat diuji. peneliti selanjutnya peneliti akan bekerja berdasarkan hipotesis ini. peneliti mengumpulkan data-data yang paling berguna untuk membuktikan hipotesis. berdasarkan data yang terkumpul, peneliti akan mengujiapakah hipotesis yang dirumuskandapat naik status menjadi tesa, atau sebaliknya tumbang sebagai hipotesis,apabila ternyata tidak terbukti.
       Hal yang sangat perlu diperhatikan oleh peneliti adalah bahwa ia tida boleh mempunyai keinginan kuat agar hipotesisnya terbukti dengan cara mengumpulkan data yang hanya bisa memantu memenuhi keinginanya,atau memanipulasi data sedemikian rupa sehingga mengarah keterbuktian hipotesis. penelitian harus bersikap objektif terdapat data yang terkumpul.
                 Terhadap hipotesis yang sudah dirumuskan peneliti dapat bersikap 2 hal:
a.       menerima keputusan seperti adanya seandainya hipotesisnya tidak terbukti  (pada akhir penelitian).
b.      mengganti hipotesis seandainya melihat tanda-tanda bahwa data yang terkumpul  tidak mendukung terbuktinya hipotesis (pada saat penelitian berlangsung).
        Apabila peneliti mengambil hak kedua, maka didalam laporan penelitian harus dituliskan proses penggantian ini. Dengan demikian peneliti telah bertindak jujur dan tegas, sesuatu yang memang sangat diharapkan dari seorang peneliti.
         Bagaimana mengetahui kedudukan suatu hipotisis?
a.       perlu diuji apakah ada data yang menunjuk hubungan antara variabel penyebab dan variabel akibat ?
b.      adanya data yang menunjukkan bahwa akibat yang ada, memang ditimbulkan oleh penyebab itu.
c.       Adanya data yang menunjukkan bahwa tidak ada penyebab lain yang bisa menimbulkan akibat tersebut.
           Apabila ketiga hal tersebut dapat dibuktikan,maka hipotesis yang dirumuskan mempunyai kedudukan yang kuat dalam penelitian. Walaupun hipotesis ini sangat penting sebagai pedoman kerja dalam penelitian,namun tidak slalu semua penelitian harus berorientasikan hipotesis. Jenis penelitian eksploratif, survei, atau kasus, Tujuan penelitian jenis ini bukan untuk menguji hipotesis tetapi mempelajari tentang gejala-gejala sebanyak banyaknya.
         Sehubungan dengan hal ini G.E.R. Brurrough mengatakan bahwa penelitian berhipotesis (penelitian hipotesis) penting dildkukan bagi:
a.       penelitian menghitung banyaknya sesuatu (magnitude)
b.      penelitian tentang perbedaan (differencies)
c.       penelitian hubungan (relantionship)
              Ahli lain yaitu Deobold Van Dalen mengutarakan adanya 3 bentuk inter relationship studies.Yang termasuk penelitian hipotesis yaitu:
a.      Ase Studies
b.      Causal comparative studies.
c.       Is dirumuskan
2.      Ciri-Ciri Hipotesis
         Hipotesis yang baik memiliki keriteria dan ciri-ciri sehingga layak dinamakan sebagai penelitian yang baik, dinatara diri dari hipotesis tersebut adalah:[6]
a.       Hipotesis harus menyatakan hubungan
         Ini berarti bahwa hipotesis mengandung dua atau lebih variabel-variabel yang dapat diukur atau potensial dapat diukur. Hipotesis mensefesifikasikan bagaimana variabel-variabel tersebut berhubungan, hipotesis yang tidak memiliki ciri ini sama sekali bukan hipotesis dalam pengertian metode ilmiyah.
b.      Hipotesis harus sesuai dengan fakta
         Artinya hipotesis harus terang. Kandungan konsep dan variabel harus jelas. hipotesis harus dapat dimengerti dan tidak mengandung hal-hal yang menafisik, sesui dengan fakta.


c.       Hipotesis dapat diuji
         Hipotesis ini dapat diuji baik dengan nalar dan kekuatan pemberi alasan  atau dengan mengunakan alat-alat statistic, alasan yang diberikan biasanya bersifat deduktif. Sehubungan dengan ini maka supaya dapat diuji hipotesis harus spesifik.
d.      Hipotesis harus sederhana
         Hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk yang sederhana dan terbatas untuk mengurangi timbulnya kesalahpahaman pengertian. Semakin spesifik atau khas sebuah hipotesis dirumuskan. Semakin kecil pula kemungkinan terdapat salah pengertian dan semakin kecil pula kemungkinan memasukkan hal yang tidak relevan ke dalam hipotesis.[7]
e.       Hipotesis harus bisa menerangkan fakta
         Hipotesis juga harus dinyatakan dalam bentuk yang dapat menerangkan hubungan fakta-fakta yang ada dan dapat dikaitkan dengan think pengujian yang dapat dikuasai. Hipotesis harus dirumuskan sesui dengan kemampuan teknologi serta keterampilan penguji dari si peneliti.
            Seorang ahli bernama Borgh yang dibantu oleh temanya Gall (1979:61) mengajukan adanya persyaratan untuk hipotesis sebagai berikut:
a.       Hipotesis harus dirumuskan dengan singkat tetapi jelas.
b.      Hipotesis harus dengan nyata menunjukkan adanya hubungan antara dua atau lebih variabel.
c.       Hipotesis harus didukung oleh teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli atau hasil penelitian yang relevan.[8]
3.      Jenis-Jenis Hipotesis
           Pada umumnya hipotes dirumuskan untuk menggambarkan hubungan dua variabel akibat. Namun demikiam, ada hipotesis yang menggambarkan perbandingan satu variabel dari dua sampel, misalnya membandingkan perasaan takut antara penduduk tepi pantai dan penduduk pegunungan terhadap gelombang laut.
          Hipotes is merupakan suatu pernyataan yang penting kedudukanya dalam penelitian. Oleh karena itulah maka dari peneliti dituntut kemampuanya untuk dapat merumuskan hipotesis ini dengan jelas.
          Ada beberapa  jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian dan tergantung dari pendekatan kita dalam membaginya. Hipotesis dapat dibagai sebagai berikut:


a.       Hipotesis hubungan dan perbedaan
         Hipotesis dapat kita bagi dengan melihat apakah pernyataan menyatakan sementara yang diberikan adalah hubungan ataukah perbedaan. Hipotesis tentang hubungan adalah pernyataan rekan yang menyatakan tentang saling berhubungan antar dua variabel atau lebihm yang mendasari tehnik korelasi ataupun regresi. Sebaliknya hipotesis yang menyatakan adanya ketidak samaan antar variabel tertentu disebabkan oleh adanya pengaruh pariabel yang berbeda-beda.
b.      Hipotesis kerja dan hipotesis nol
1)      Hipoesis kerja, atau disebut dengan hipotesis alternatif, disingkat Ha. Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y , atau adanya dua kelompok.
Tabel 1.1
Rumusan hipotesis kerja:

jika............maka.........
Ada perbedaan antara  dan….
Ada pengaruh ... terhadap…..
Contoh:
o    Jika orang banyak makan, maka berat badanya akan naik
Contoh:
o   Ada perbedaan antara penduduk kota dan penduduk desa dalam cara berpakaian.
Contoh:
o    Ada pengaruh mak-anan terhadap berat badan.                                                                                     




2)      Hipotesis nol (null hypotheses) disingkat Ho.
               Hipotesis nol sering juga disebut hipotesis statistik ,karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik,yaitu diuji dengan perhitungan statistik.
`                     Hipotesis nol menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Pemberian nama ”hipotesis nol” atau ”hipotesis nihil” dapat dimengerti dengan mudah karena tidak ada perbedaan antara dua variabel.
                     Dengan kata lain, selisih variabel kedua adalah nol atau nihil.
Tabel 1.2
Rumus hipotsis nol:

o    Tidak ada perbedaan antara ..........dengan.........

       contoh:
Tidak ada perbedaan antara mahasis tingkat 1 dan mah-asiswa tingkat II dalam disiplin kuliah.
o    Tidak ada pengaruh........... terhadap ........................

contoh:
Tidak ada pengaruh jarak dari rumah ke sekolah terhadap kerajinan mengi-kuti kuliah.

        Dalam pembuktian, hipotesis alternatip (Ha) diubah menjadi Ho,agar peneliti tidak mempunyai prasangka. Jadi, peneliti diharapkan jujur, tidak terpengaruh pernyataan Ha. Kemudian dikembangkan lagi ke Ha pada rumusan akhir pengetesan hipotesis.
c.       Hipotesis tentang ideal dan Common sense (akal sehat)
1)   Hipotesis acap sekali menyatakan tekanan tentang dalil dan pemikiran bersahaja dan Common sense (akal sehat). Hipotesis ini biasanya menyatakan hubungan keseragaman kegiatan terapan. 
  Contoh:
Hipotesis sederhana tentang produksi dan setatus kepemilikan tanah, hipotesis tentang tenaga kerja dan luas garapan, dan sebaginya.
2)   Hipotesis yang menyatakan hubungan yang komplek dinamakan hipotesis jenis ideal. Hipotesis ini bertujuan untuk menguji adanya hubungan logis antara keseragaman-keseragaman pengamalan imperis hipotesis ideal adalah peningkatan dari hipotesis analitis.
3.      Cara menguji hipotesis           
Apabila peneliti telah mengumpulkan data dan mengolah data, bahan pengujian hipotesis tentu akan sampai kepada suatu kesimpulan menerima atau menolak hipotesis tersebut.
Di dalam menentukan  penerimaan hipotesis maka hipotesis alternative (Ha) diubah menjadi hipotesis nol (Ho), untuk kepastian ini dicontohkan penerapan pada sebuah populasi berdistribusi normal, yang dibandingkan dengan grafik seperti dibawah.
Dengan asumsi bahwa populasi tergambar dalam kurva nominal. Maka jika kita menentukan taraf kepercayaan 95 % dengan percobaan 2 ekor maka akan mendapatkan dua daerah keritik, yaitu ekor kanan dan ekor kiri kurva masing-masing 2½ %  penjelasan mengenai masalah ini lebih lanjut akan diberikan pada langkah menarik kesimpulan.
 



daerah kritik 2 ½ %    Daerah penerimaan Ho 95 %         daerah kritik 2 ½ % 
 


                                               0
Daerah keritik merupakan daerah penolakan hipotesis (hipotesis nihil) disebut daerah siknifikasi. Sebaliknya daerah yang terletak diantara dua daerah kritis, yaitu: berwarna  dinamakan daerah penerimaan hipotesis atau daerah non-signifikasi.
Apabila kita mencoba nilai Z-skor, dari N-120 dan dari perhitungan    Z-skor dengan rumus:
Z=  
Misalnya 1,70, maka letaknya pada kurva adalah sebagai berikut:
 



                            Daerah penerimaan Ho 95 %
 


                                               1,70                              1,96 %
4.      Penelitian Tanpa Hipotesis
              Apakah semua penelitian harus berhipotesis? Untuk memberikan jawaban atas pertanyaan ini kita tidak boleh berpikir pada hal yang benar dan tidak benar secara mutlak. Ada dua alternative jawaban dari masing-masing mendasarkan diri pada argumentasi yang kuat.
              Pendapat pertama mengatakan semua penelitian pasti berhipotesis. Semua penelitian diharapkan menentukan jawaban sementara, yang diuji berdasaekan data yang diperoleh. Hipotesis harus ada karna jawaban peneliti juga harus ada, dan butir-butirnya sudah disebut dalam problematika maupun tujuan penelitian.
              Pendapat kedua mengatakan hipotesis dibuat hanya jika yang dipermasalahkan menunjukkan hubungan antara dua variabel atau lebih. Jawaban untuk satu variabel yang sifatnya deskriptif, tidak perlu berhipotesis, penelitian ekploratif yang jawabanya masih dicari dan sukar diduga, tentu sukar ditebak apa saja, atau bahkan tidak mungkin berhipotesis.
              Berdasarkan pendapat kedua mungkin sekali didalam sebuah penelitian banyak hipotesis tidak sama dengan banyaknya problematika dan tujuan peneliti. Mugkin poblematika unsur 1 dan 2 yang sifatnya diskriptif tidak diikuti dengan hipotesis tetapi problematika nomor 3 dihipotesis.
Contoh:
Hubungan antara motivasi berprestasi dengan etos kerja para kariawan kantor bank A   
Problematika 1:
Seberapa tinggi motivasi berprestasi karyawan kantor ban A? (tidak berhipotesis.
Problematika 2.
Seberapa tinggi etos kerja karyawan kantor bank A? (tidak berhipotesis)
Problematika 3.
Apakah ada dan seberapa tinggi hubungan antara motivasi berprestasi dengan etos kerja karyawan bank A?
Hipotesis.
Ada hubungan yang tinggi hubungan dengan motivasi berprestasi dengan karyawan kantor bank A.

5.      Contoh hipotesis dalam penelitian
Dibawah ini diberikan beberapa contoh rumusan hipotesis serta hubungannya dengan judul penelitian dan tujuan penelitian.
Judul Penelitian
Tujuan Penelitian
Hipotesis

Peningkatan usaha kerajinan genteng dalam rangka peny-erapan tenaga kerja dan pen-ambahan pendapatan kel-uarga tani di Desa Aikmel Utara, Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur.
1)       Memperoleh gambaran sampai seberapa jauh penganguran musiman dapat diserap oleh ke-rajinan genteng.
2)       Mengetahui besarnya su-mbangan usaha keraji-nan genteng terhadap pe-ndapatan total usaha tani.
3)       Mengetahui apakah usa-ha kerajinan genting me-miliki hubungan yang bersifak kompalemnter ataukah subtitusi ter-hadap usaha tani padi dalam hal alokasi pen-curahan jam tenaga kerja,
1)       Usaha kerajinan ge-nteng dapat menyerap tenaga kerja dan me-ningkatkan pendapatan total keluarga petani lebih besar dari pada sifatnya sekarang.
2)       Alokasi pencurahan jam kerja di sector usaha tani padi tanpa genteng masing-ma-sing diperkecil un-tuk dialihkan ke usaha kerajinan genteng.
Perbandingan biaya dan pen-erimaan antara pemeliharaan sapi potong secara ekstensif dan pemeliharaan dan sapi potong secara int-ensif di kota Mataram Pro-vinsi NTB
1)       Mengetahui gross mar-gin (keuantungan kotor) ternak yang diperoleh peternak dengan cara pemeliharaan secara ekt-ensif dan pem-eliharaan intensif.
2)       Mengetahui pendapat bersih (netform income) usaha ternak dari kedua cara tersebut.

1)       Gross margin per ekor yang diperoleh dari pemeliharaan secara ektensif lebih besar daripada yang dip-eroleh dari peme-lih-araan intensif.
2)       Pendapat bersih yang diperoleh dari pem-eliharaan secara int-ensif lebih besar dari pada yang diperoleh dari usaha peme-lih-araan ekstensif.




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Variabel adalah gejala yang bervariasi, yang menjadi objek penelitian variabel dibedakan atas kuantitatif dan kualitatif, variabel kuantitatif dikelasifikasikan atas:
a.       Variabel diskrit
b.      Variabel kuantinum (ordinal, interval dan ratio)
              Pemisahan ini sangat penting untuk mengetahui tehnik analisis datanya karna jenis variabel akan menentukan jenis datanya.
2.      Ada 2 macam hipotesis yaitu hipotesis kerja yang juga disebut dengan hipotesis alternative (Ha) dan hipotesis nol (Ho) (hipotesis nihil) yang juga disebut hipotesis satatistik, sehubungan dengan perumusan hipotesis maka ada 2 keliruan yang kita buat, menolak hipotesis yang seharusnya diterimadan menerima hipotesis yang seharusnya ditolak.
B.     Saran-Saran
Demikianlah makalah disusun agar mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita dan sebagai media untuk menambah khajanah keilmuan kita lebih lanjut terkait materi yang dibahas dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012.
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi Dan Karya Ilmiyah Lainya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013.
Nazir, Metodologi Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.
Suharsimi Arikunto, Proses Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2006.
Sutrisno Hadi, Metodologi Penelitian I, Yogyakarta: Yasbit Fakultas Pisikologi, UGM, 1984.
Winarto Surachmad, Metode Penelitian Ilmiah, Bandung: Tarsito,1982.




[1] Suharsimi Arikunto, Proses Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2006), h.115-126.
[2] Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi Dan Karya Ilmiyah Lainya (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013). H.79.
[3] Suharsimi Arikunto, Proses Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, h.116
[4] Julyansah Noor, Metodologi penelitian, h.51.
[5] Suharsimi Arikunto, Proses Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, h.120.
[6] Nazir, Metodologi Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h, 150.
[7] Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), h. 145.
[8] Nazir, Metodologi Penelitian, h.153.